Mistake (Chapter 2)

 

Author : Lee Hyura

Title : Please, Stop The Time

Genre : Angst, Friendship, Romance

Rating : PG-13

Length : Series

Cast :

–          SNSD Jessica

–          EXO M Kris

–          SJ M Henry

–          F(x) Amber

===Mistake===

 

Jessica berhenti melangkah, menutup bukunya lalu mendongak saat merasa seseorang mengalangi jalannya dengan sengaja. Alis kanannya terangkat saat melihat Kris lah orang yang menghadangnya. Didalam hatinya, ia kaget akan keberadaan Kris. Namun wajahnya tidak menggambarkan apapun. Sedangkan Kris tersenyum lebar –senyum menggoda yang sama di kelab malam itu.

 

What’s up, Jessie~” sapa Kris.

 

Jessica memicingkan matanya. Ia benar-benar sedang tidak ingin berurusan dengan laki-laki itu. Jessica melewati Kris dan melanjutkan membaca bukunya sambil berjalan menuju parkiran.

 

“Hei!” protes Kris sambil mengejar Jessica dan mensejajarkan diri. “Apa itu perlakuan senior pada juniornya? Oh atau aku perlu memanggil Henry agar kau baik padaku?”

 

Jessica mendesah, “Just shut up!”

 

Kris terkekeh, “Aku bersungguh-sungguh. Aku perlu meneleponnya?”

 

Go ahead,” sahut Jessica singkat.

 

“Sepertinya aku tidak ada pulsa.” Kris terkekeh geli. “Ayo temani aku mengelilingi kampus ini! Aku tidak tahu apa-apa soal kampus ini,” seru Kris sambil menarik tangan Jessica.

 

Jessica menolak dan menarik tangannya kasar. Matanya menatap Kris tajam. Dia benar-benar tidak mengerti dengan Kris. Jika dia perlu pemandu, gadis lain akan dengan sangat terbuka untuk menyetujuinya. Hanya saja, jangan Jessica. Jessica hanya menarik nafas.

 

“Untuk apa?” tanya Jessica. “Untuk apa kau memintaku menemanimu? Apa kau hanya ingin mengetahui keadaan kampus mantan seniormu?”

 

“Kampus mantan seniorku? Sepertinya kau salah paham. Aku ingin mengetahui keadaan kampus baruku, bukan kampus mantan seniorku.”

 

Jessica mengerjap, “Mwoya?!”

 

Kris mengernyit, “Kau bilang apa?”

 

“A-ani..” Jessica menggeleng frustasi.

 

“Kau sedang memaki?” tanya Kris bingung. Ia benar-benar tidak mengerti apa yang dikatakan oleh Jessica. Hanya saja, Henry sudah bercerita tentang kebiasaan Jessica. Jika ia menggumam dalam bahasa yang aneh, artinya dia sedang kesal dan memaki.

 

Jessica mendesah. “Of course not! W-well okay.”

 

Kris menyeringai dan menarik tangan Jessica, “Come on!”

 

>>>

 

Henry terdiam sambil bersandar di mobilnya untuk menunggu Jessica. Henry sudah janji akan mengantarkan Jessica ke toko buku. Tapi sudah 10 menit dari waktu janjian, Jessica belum juga muncul. Henry mendesah kasar saat tiba-tiba teringat pertanyaan Kris.

 

“Satu pertanyaan, Henry. Apa kau rela Jessica dengan orang lain?”

 

“Payah,” gerutunya.

 

Tentu saja dia tidak terlalu rela. Ada perasaan takut jika Jessica dengan lelaki lain. Tapi jika dengan Kris, perasaan takutnya bisa diminimalisir karena Kris terbukti bisa dipercaya dan yang paling penting tidak sepertinya.

 

Tidak sabar, Henry mengeluarkan smartphonenya dan menelepon Jessica. Ia menunggu dengan tenang. Tapi telepon itu tidak diangkat. Henry men­dialnya dan kembali menunggu. Tetap saat-saat terakhir telelpon itu akan Henry matikan, akhirnya diangkat juga.

 

Hello?” sapa Jessica dengan nada terburu-buru. Henry sedikit berharap ia sedang terburu-buru menuju tempatnya berada. “Henry, sorry. Sepertinya perjanjian kita batal. Mantan juniormu men’culik’ku!”

 

Henry terkekeh. Ia tidak mengira Kris akan secepat ini. Sepertinya Kris benar-benar penasaran dengan Jessica. Tidak biasanya Kris menunjukkan dia tertarik dengan wanita sebelumnya. Setidaknya rencana terselubung Henry akan berjalan sukses.

 

“Baguslah. Aku juga ada janji dengan orang lain,” sahut Henry –berusaha datar sambil menahan cengirannya.

 

“Baguslah?!” pekik Jessica tidak terima. “Apa maksudmu? Oh, jadi kau lebih memeperdulikan random girl itu dibandingkan sahabatmu yang sedang dengan sebuah makhluk asing?”

 

“Dia bukan ‘sebuah makhluk asing’, Jessie. Dia sahabatku.”

 

“Bukannya sahabatmu itu han—kya, Kris! Kembalikan hpku!”

 

Henry tertawa mendengar teriakan Jessica. Sepertinya Jessica menjadi objek kejahilan Kris sekarang. Tak lama terdengar hening. Benar-benar berhasil membuat Henry penasaran dan gemas. Dia memfokuskan pendengarannya. Tapi benar-benar tidak ada suara sama sekali. Tapi selanjutnya suara pekikan Jessica yang melengking.

 

“Jessie! You’re okay? You okay, rite?!” panik Henry.

 

“Tentu saja tidak! Temanmu itu sialan! Kau dimana? Aku akan ke tempatmu secepatnya!” kesal Jessica.

 

Henry menggelengkan kepala. Sepertinya Kris tidak akan berhasil jika berusaha sendiri. Jadi, apa yang harus dilakukan Henry?

 

“Jawab aku, Henry Lau!” bentak Jessica. “Dan kau! Berhenti mengikutiku!” sepertinya kalimat itu ditujukan untuk Kris yang dibalas datar oleh laki-laki itu, “Tidak.”

 

Henry mendesah pelan, “Aku di parkiran. Aku ingin berbicara pada Kris.”

 

“Yea?” gumam Kris.

 

“Berhenti mengerjainya. Kau bisa melanjutkannya besok,” celetuk Henry dengan nada menggoda.

 

“Menurutmu aku akan berhenti? Ekspresinya saat ini bahkan lebih menarik dari pertandingan NBA,” sahut Kris yang dilanjut dengan ringisan sakit karena bahunya dipukul oleh Jessica.

 

“Henry Lau!” terdengar teriakan geram seorang Jessica Jung. Kali ini Jessica benar-benar sudah marah sepertinya. Kartu merah jika Kris masih melanjutkannya.

 

“Kris.. berhenti atau kau akan membuatku mendapat bencana besar,” dengus Henry.

 

“Oke!”

 

>>>

 

“Mau kemana kita?” tanya Henry untuk memecahkan keheningan di mobilnya. Jessica tidak menjawab dan tetap melihat keluar jendela.

 

Henry membelokkan mobilnya memasuki perumahan tempat Jessica mengontrak sebuah rumah sederhana. Jessica melirik Henry sekilas lalu kembali menatap keluar jendela.

 

“Sudah sampai. Kau masih mau didalam mobilku, nona Jung?” desis Henry.

 

Jessica segera keluar diikuti dengan Henry. Dia membuka tasnya untuk mencari kunci. Henry menatap wajah Jessica. Henry merasa bersalah. Ia tahu Jessica marah. Tapi tidak biasanya Jessica tidak menggerutu dalam bahasa Korea seperti biasanya ia sedang marah. Benar-benar membuat Henry bingung.

 

“Kau masih marah?” tanya Henry.

 

Jessica menggeleng, membuka pintu rumahnya dan menjawab, “Tidak juga.”

 

“Lalu kenapa dari tadi kau mendiamiku? Tidak biasanya kau seperti itu.”

 

“Benarkah?” sahut Jessica datar sambil masuk dan melempar tasnya asal ke sofa. Henry ikut masuk.

 

“Apa yang dilakukan Kris? Sepertinya kau benar-benar marah padanya.”

 

Jessica menoleh dan memicingkan matanya. Tak lama tawanya meledak. Gadis itu mendorong Henry agar duduk di sofa lalu menghempaskan dirinya di sofa depan Henry. Jessica menghela nafas panjang seakan merendahkan Henry.

 

“Sejak kapan kau mau memohon maaf untuk orang lain?” sindir Jessica.

 

Kini giliran Henry yang memicingkan matanya, menatap Jessica tajam. Dia tidak mengerti apa yang terjadi pada Jessica sebenarnya. Dia mendengus sambil mengangkat bahunya.

 

“Mungkin karena sesuatu,” sahut Henry.

 

“Sesuatu… apa?”

 

“Lupakan.”

 

“Oke. Dan asal kau tahu saja. Aku tidak marah. Hanya bingung. Kenapa sepertinya Kris senang sekali melihat wajah kesalku. Apa wajahku lucu, tuan Lau?” gerutu Jessica sambil menunjuk wajahnya.

 

Henry kembali mengangkat bahunya, “Mungkin. Atau ada alasan lainnya. Aku tidak tahu.”

 

Jessica mendesah kasar sambil mengangkat bahunya tak peduli lalu menyandarkan punggungnya. Pandangannya sedikit menerawang sambil menggigit bibirnya. Ia terlihat ragu saat matanya melirik Henry. Henry mengernyit.

 

“Apa? Ada apa, nona Jung?” tanya Henry bingung.

 

Jessica mendesis, “Kau tahu? Aku merasakan sesuatu setiap aku melihat wajah Kris. Sepertinya dia tidak asing. Wajahnya membuatku merasakan sesuatu yang aneh. Aku tidak tahu jelas itu apa. Tapi perasaan itu benar-benar menyiksa, membuat jantungku berdetak cepat. Menurutmu, apa itu?”

 

“Cinta.” Henry menjawabnya tanpa ragu. Dia cukup percaya diri dengan pernyataannya itu.

 

“Heh?”

 

Jessica meringis kaget. Setelah sadar, Jessica menggeleng. Bukan. Itu bukan cinta. Jessica yakin. Suatu hal yang lain. Tapi Jessica tidak tahu apa itu. Dia mendesah lemas.

 

“Oh ya, Jess. Kris sudah cerita kalau dia kuliah di kampus kita?” tany henry –membuyarkan pikiran Jessica.

 

Jessica mengerjap. Jadi itu maksud kata-kata Kris tadi? Jessica tersenyum tipis. Itu artinya dia punya banyak waktu untuk menguak arti perasaan yang selalu muncul saat melihat wajah Kris. Setidaknya mereka saling menguntungkan. Kris mendapatkan hiburan dengan mengerjai Jessica dan Jessica menjadikan Kris sebagai objek penelitiannya.

 

Next day.

 

Jessica sedikit tersedak saat merasa seseorang mencabut earphone di telinga kanannya lalu duduk disampingnya. Dia terbatuk dan menyebabkanya dirinya memuncratkan sedikit jus yang yang ia minum sambil membaca tadi.

 

“Kau suka lagu yang membuat mengantuk seperti ini?” tanya orang itu yang ternyata Kris.

 

Jessica mendesah antara jengah dan karena perasaan itu muncul lagi. Dia menggigit bibirnya untuk menahan dirinya untuk bertanya yang macam-macam dan memilih melontarkan pertanyaan lain. “Emang kenapa?”

 

“Harusnya kau mendengarkan lagu yang semangat sambil membaca buku seperti itu. Itu buku Og Mandino, kan?” cetus Kris.

 

Jessica mengerjap, “Kau tahu?”

 

“Tentu saja. Siapa yang tidak tahu soal buku yang dibuat oleh seorang motivator Amerika disaat berakhirnya perang dunia. The Greatest Salesman in The World adalah buku yang sangat terkenal. Aku yakin Og Mandino pasti sangat bangga di surga karena tahu bukunya tetap terkenal di abad ini. Dan lagi aku adalah salah satu penggemarnya walaupun dia sudah meninggal dari 16 tahun yang lalu. Tentu saja aku tahu,” jelas Kris panjang.

 

Jessica tersenyum lebar dengan mata berbinar, “Kau adalah penggemarnya? Aku juga! Aku membaca buku-bukunya yang lain. Aku suka gaya bahasanya. Ia selalu berpidato dengan bahasa yang indah dan tidak lupa menyelipkan kalimat humor sehingga orang-orang bisa refreshing sejenak. Lagipula aku memang menyukai buku-buku tentang motivasi seperti ini.”

 

“Oh ya? Aku tidak menyangka kita sehati dalam hal ini,” seru Kris seraya terkekeh. “Dan ternyata dengan mata berbinar, kau jauh lebih menarik.”

 

“Oh ya?” Jessica memasang ekspresi datar.

 

“Mau menemaniku ke suatu tempat hari ini?” tanya Kris tiba-tiba.

 

“Kemana?”

 

“Kau akan tahu nanti.”

 

“Aku tanya Henry dulu,” jawab Jessica sambil mengeluarkan hpnya. Tapi ditahan oleh Kris.

 

“Aku bertanya padamu bukan Henry. Jadi ini kali ini, lupakan Henry,” tekan Kris.

 

Jessica mengerjap, melirik hpnya lalu mengangguk, “Baiklah. Aku akan menemanimu.”

 

Kris mendengus pelan, “Aku tidak memaksamu kali ini. Kau boleh menolak.”

 

“Tidak. Sungguh, aku mau menemanimu,” jawab Jessica mantap. Setidaknya mungkin saja aku bisa mengingat sesuatu, lanjut Jessica dalam hati.

 

Kris tersenyum tipis lalu merebut i-pod yang digenggam Jessica dengan niat mengganti lagu. Jessica tidak protes. Dia hanya diam sambil melirik Kris sinis. Tak lama, Kris mengerang. “Kenapa isinya lagu ballad semua?”

 

Dan Jessica tersenyum sinis. Tebakannya benar.

 

>>>

 

Jessica diperintahkan oleh Kris untuk menunggu di pintu masuk utama kampus mereka. Gadis itu menurut dengan patuh. Dia menunggu di tangga sambil melanjutkan membaca bukunya. Jessica menoleh saat merasa ada seseorang disampingnya. Kris, tepat di sampingnya. Wajahnya hanya berjarak kurang dari 5 sentimeter dari wajah Jessica. Jessica langsung membuang muka.

 

“Sepertinya kau tidak pernah lepas dari buku. Aku tidak pernah melihatmu tanpa buku kecuali saat hari pertama kita bertemu,” komentar Kris.

 

“Kenapa? Tidak boleh?”

 

Kris mengetuk kepala Jessica, “Berhentilah menggunakan nada dingin padaku, Jessica Jung! Apa perlu aku memanggil Henry agar kau bersikap lembut padaku?”

 

“Payah,” gerutu Jessica sambil mengelus kepalanya –tak memperdulikan protesan Kris. “Kau benar-benar tidak sopan. Bagaimanapun aku tetap lebih tua darimu.”

 

“Apa di Amerika, itu perlu?”

 

Jessica menggertakkan giginya, “Tuan, ini Seattle. Bukan New York, Washington atau kota besar Amerika lainnya. Kota ini memang kota industri. Tapi kota ini tetap mempunyai tata krama. Sepertinya orang Kanada sepertimu itu tidak tahu, ya?”

 

Kris tersenyum tipis mendengar cibiran Jessica. Dia menarik tangan Jessica menuruni anak tangga itu dan menuju sebuah motor berwarna hitam kemerahan. Jessica hanya menggembungkan pipinya sebagai aksi bisu memprotes tidakan Kris yang semena-mena.

 

“Kita akan kemana?” tanya Jessica saat Kris menaiki motornya.

 

“Naik saja dan berhenti bertanya,” sahut Kris.

 

Jessica menghela nafas kasar sambil menurut.

 

>>>

 

“Sampai kapan akan di motorku terus? Turunlah,” celetuk Kris yang sibuk memainkan bola basketnya. Bola itu dan tubuh Kris seperti magnet berkutub utara dan selatan. Bola itu terus bergerak mengikuti kemajuan Kris tanpa terlepas dari tubuh Kris. Bola itu akan jatuh saat Kris mendribblenya.

 

“Ah?” sahut Jessica kosong. Dia menggigit bibirnya lalu turun dari motor Kris.

 

Kris hanya terkikik melihatnya. Sepertinya Jessica tidak nyaman berada disana, di salah satu lapangan basket yang sepi di pinggiran kota Seattle. Apalagi terik matahari yang sedang bersenang hati menaikkan suhu di bumi bagian utara. Benar-benar musim panas yang menyiksa. Tapi Kris terlihat biasa saja bermain dengan bolanya.

 

“Kris? Kau tidak kepanasan?” tanya Jessica ragu sambil menggunakan bukunya sebagai penghalang sinar matahari mengenai bagian wajah dan mengipas dengan tangan lainnya.

 

“Panas?” Kris menoleh. “Jika kau melakukan sesuatu dengan iklas dan senang hati, kau tidak akan merasakan kerugiannya.”

 

Jessica berdecak. Ia tidak asing dengan kata-kata itu. Yang pasti itu adalah kutipan kalimat dari sebuah novel. Ia kembali teringat kalau Kris adalah penggemar buku semacam itu. Tidak salah jika Kris mengatakan hal seperti itu.

 

“Terserahmu,” sahut Jessica sambil berjalan mencari tempat yang teduh untuk melanjutkan membaca bukunya.

 

Baru saja Jessica duduk dibawah pohon yang bisa dikatakan rindang dan melanjutkan membaca buku, kepalanya sudah dipukul oleh bola basket. Jessica menutup bukunya dan menatap Kris yang berada di hadapannya dengan tajam.

 

“Apalagi?” tanya Jessica dingin.

 

“Kau berjanji menemaniku, kan?” balas Kris.

 

“Lalu?”

 

“Temani aku bermain basket.”

 

Jessica mengerang, “Are you kidding me? Panasnya sudah seperti neraka bocor dan lagi aku tidak bisa bermain basket. Kenapa aku harus menemanimu?”

 

“Aku akan mengajarimu,” sahut Kris santai, seakan tidak memperdulikan protesan Jessica.

 

“Kris!”

 

“Jessie~ come on.”

 

Kris menarik tangan Jessica dengan paksa. Dia memberikan bola basketnya dan menyuruh Jessica mendribblenya. Jessica menatap bola itu sejenak seakan menelitinya lalu baru men’dribble’nya yang kenyataannya seperti memukul bola. Kris terkekeh. Sepertinya ia perlu menjadi pelatih basket untuk Jessica selama musim panas ini.

 

>>>

 

Henry menghela nafas panjang sambil memfokuskan pandangan pada jalanan didepannya. Sudah beberapa kali ini Jessica menghabiskan waktunya dengan Kris. Memang seharusnya Henry senang karena artinya Jessica bisa menerima kehadiran laki-laki lain selain Henry. Tapi itu membuat Jessica dan Henry semakin jarang berkomunikasi. Selalu diganggu oleh Kris.

 

Pernah suatu hari Kris mengikuti mereka. Ternyata Kris mengajaknya ke sebuah lapangan basket lalu Kris mengajari Jessica bermain basket. Walaupun enggan, Jessica tetap mengikuti permintaan Kris. Benar-benar tidak biasanya. Jika Jessica tidak mau, dia tidak akan melakukannya. Bahkan walaupun Henry yang memintanya.

 

Henry kembali menghela nafas. Tentu saja ia cemburu. Kenyataannya dia sudah terbiasa menjadi satu-satunya orang yang dipilih Jessica menjadi teman menghabiskan hari. Tapi kini Kris merebutnya dengan paksa karena memang bukan keinginan Jessica untuk menghabiskan waktu dengan Kris.

 

Sibuk dengan pikirannya, ia jadi tidak konsentrasi. Dia segera menginjak rem mendadak saat ia sadar akan menabrak seseorang. Seorang lelaki dengan topi. Henry tidak bisa marah. Memang dia yang salah karena dia menggunakan kecepatan tinggi di jalan kecil seperti ini. Tapi untunglah orang itu tidak peduli. Orang itu hanya tersenyum tipis dan menganggukkan kepala sebagai salam. Henry mengklasonnya dan tersenyum padanya sebagai balasannya.

 

“Payah,” gerutunya sambil kembali melanjutkan perjalanannya.

 

>>>

 

“Hei, Amber! Mencari sesuatu?” seru seorang penjaga toko dengan senyum ramah.

 

Amber terdiam sejenak lalu tersenyum, “Aku lupa. Hehe.. aku tanya dulu.”

 

Amber mengeluarkan hpnya dan mengetik sebuah pesan pada kakaknya. Tak lama balasan pun datang. Amber menepuk keningnya dan terkekeh geli.

 

“Oh ya! Permen cokelat dan choco strawberry,” kata Amber. “Aku lupa.”

 

“Oh ya. Tunggu sebentar,” sahut penjaga toko coklat kecil di sudut kota dan bersiap mempersiapkan pesanan Amber.

 

“Untuk kakakmu, Ber?” tanya penjaga toko itu sambil mengemas pesanan Amber.

 

“Begitulah. Dia akan ke Virginia untuk menemui pacarnya. Pacarnya itu pencinta coklat-coklat hasil toko ini,” jawab Amber lalu mendesah pelan.

 

Penjaga toko terkekeh, “Semoga dengan ini, pacarnya akan semakin menyukai kakakmu.”

 

“Semoga. Awas saja jika mereka putus!” Amber tertawa pelan. “Berapa harga semuanya?”

 

“25 dolar untukmu.”

 

“Sip!” seru Amber sambil merogoh kantong celananya. Dia baru sadar kalau kantongnya bolong. Dia langsung panik.

 

“Ada apa?” tanya penjaga toko.

 

Amber diam tanpa menjawab. Wajahnya pucat. Penjaga toko itu mengernyit. Ia ingin menanyakan lebih lanjut tapi seorang pembeli lainnya datang. Dia harus professional. Dia segera mengemas pesanan pembeli itu.

 

“Argh! Bodoh! Kalau aku kembali, bisa-bisa kakak tidak bisa mengejar jam keberangkatan,” gerutunya.

 

“Apa ada?”

 

Amber menoleh saat mendengar seseorang bertanya padanya. Itu adalah orang yang hampir saja menabraknya tapi. Bersyukurlah orang itu karena Amber tidak marah-marah. Amber hanya meringis sebagai jawaban.

 

“Kantongku bolong. Uangku hilang. Tidak hanya uang untuk membayar coklat itu. Tapi juga uangku yang lainnya,” lirih Amber. Orang itu terlihat kaget. Entah kaget karena apa.

 

Orang itu—Henry—tersenyum tipis, “Berapa?”

 

“15 dolar,” jawab penjaga toko itu.

 

“Bagaimana dengannya?” tanya Henry sambil menunjuk Amber dengan lirikan mata.

 

“25 dolar.”

 

Henry segera mengeluarkan beberapa lembar uang dan memberikannya pada penjaga itu lalu mengambil tas berisi pesanan Amber dan memberikannya pada Amber. “Ambil lah,” kata Henry. Ia segera mengambil tasnya saat Amber menerima tas miliknya lalu kembali ke mobilnya.

 

“Hei, aku akan membayarnya!” teriak Amber cepat.

 

Henry menoleh, “Tidak usah. Belum tentu kita bertemu.”

 

“Pasti! Dan jika bertemu, aku akan membayarnya.”

 

“Terserahlah. Cepat antarkan itu pada kakakmu. Atau kau mau ku antarkan?”

 

Amber menggigit bibirnya ragu. Tapi Henry sudah kembali ke hadapannya. Akhirnya Amber menyetujuinya.

 

===Mistake===

 

Komennya, plis? Komen tentang cerita dan posternya yang aneh itu .__.

Oh ya judulnya diubah karna katanya ada ff lain yang judulnya juga ‘Please, Stop The Time’ jadi diubah biar ga ada kesalahpahaman :3

22 responses to “Mistake (Chapter 2)

  1. hola.. 🙂
    awalnya aku bingung ni ff yg mna, eh trnyata lnjutan dri ff please,stop the time..
    bgus bnget lnjutan, aku pkir lnjutannya si henry menjawab iya atas pertanyaan kris (sotoy), eh trnyata gak tuh,,
    uda lgsung dpat feelnya, aku bca ni ff smbil membayangin Kris n Jessica lo.. XD
    wkwkw lnjut lagi ya un, ditunggu lo (fighting) 😀

  2. Aduuhh far~
    sumpah! ff kamu yg ini bikin aku senyum-senyum sendiri >//<
    ada couple Henry-Jessica nya :3
    walaupun kayaknya kamu bakal ke KrisSica ~ but, it's ok!
    soal cast, aku suka! berhubung Kris juga udah jadi bias baru aku*plak
    aku gak pernah dpt ff yg ada Henry-Jessica nya.. 😦 dan ff mu yg ini~ aduuhh harus ngomong apa aku?*ngalay
    pokoknya thx banget yaahhhh my beloved cousin,,, karena kamu nyelipin pair Henry-Jessica di ff baru kamu ini:* *hug,kiss,hug,kiss xD
    gara-gara ada Henry-Jessica, jadi gak terlalu fokus deh ke KrisSica~ :p hehe
    pertanyaan kris di last part 1 itu… oh henry~ kau pasti tidak rela, kan? hayo, Ngaku!*blam
    suka pernyataan Henry di part 2 ini… ketauan banget di envy sama Kris~ :3

    beneran kayak novel nih panjangnya? XD

      • bukanlah~
        i’m just for JaeSica. My beloved mommy and daddy~ *gayanya
        cuma, henry itu bias aku di SuJu, jadinya gituuu(?)
        baca ff yg castnya biasXbias.. jelaslah aku suka :3
        cepat di lanjut yahp~ penasaran! :p
        dan maaf karena ngoment pake nick ini. lagi gak ol di hp masalahnya -__-v

      • asek~ percaya deh :3
        badaassss~~ pas banget sama saya .-. bias x bias pasti suka .-.
        tenang aja. mau pake yg mana pun ga apa. yg penting komen , ma cousin~ :3

  3. Akhirnya berlanjut. Whoa~ seneng banget sama KRISSICA! Couple yag bener2 perfect dah! Lah tu Henry sama Amber, gimana ceritanya onn? Tapi gak papa. Ditunggu kelanjutannya. Jadi gak sabar!

    Oh ya, satu lagi. Chapter selanjutnya banyakin juga Henry-Sica nya ya biar seimbang?! #puppyeyes

    kasian ajah ngeliat Henry sendiri mulu.. Hehehe

    • hey perfect itu embelnya jaesica tau u,u *modus /ditendang kris
      lah belum tentu juga henry sama amber. kali aja henry sama sica. atau sama kris .-. /dor
      sip nanti dibanyakin semua momentnya. moment kris-sica, henry-sica, henry-amber, kris-amber, sica-amber dan henry-kris(?)

  4. whoa! KRISSICA… Couple ke-2 favoriteq setelah SeoHun di EXOSHIDAE..

    Thor, boleh promosi kah?
    Saya lagi nyari admin dan author untuk exoshidaefanfic.wordpress.com
    Kalau berminat, bisa dibaca dulu syaratnya di blog tsb.
    Hnya untuk yg serius dan suka dengan EXOSHIDAE…

    Mohon bantuannya, karena wp tsb masih baru…
    GOMAWO..
    Barangkali author mau? Bisa dbca syaratnya. Yg jelas gg ada pemaksaan. Kalau gak berminat, saya gg masalah…

  5. Henry – Amber = >< henry cemburu ya sama kris? ._. gara gara gak bisa menghabiskan waktu lagi sama jessica?? .-.

  6. hahaha
    gemes sama percakapan sica n kris di part ini eon suka pas kris nanya Jessica sedang memaki, sumpah menurut eon polos banget 😀
    kayak main bola aja deh dapet kartu merah,, henry ada2 aja deh..
    what? Kris mau dijadiin objek penelitian sama sica? emangnya kris itu apaan? =.= ada2 aja nih sica u,u
    tuh kan henry ngerasa cemburu kalau sica sam kris? Jadi jangan jodohin sica sama kris *loh*
    wah amber mulai muncul, penasaran sama kisahnya amber n henry tapi sumpah eon liat amber bener2 kayak liat cowok jadi kalau amber n henry kayak yaoi u,u…tapi eon juga penasaran sama nih couple, couple ajaib 😀

Leave a comment