[Series] You and I (Chapter 6)

Author : Lee Hyura

Title : You and I

Genre : Fantasy, Romance

Rating : PG

Cast :

  • Kang Minhyun (OC)
  • EXO Baekhyun
  • EXO Kai

WARNING! WAJIB BACA! GA BACA? GA AKAN NGERTI! à [You and I] Teaser | Chapter 1 | Chapter 2 | Chapter 3 | Chapter 4 | Chapter 5 — [Wind on The Way] Oneshoot

 

Previous.

 

“Tapi jika aku benar-benar menghilang, aku janji aku akan kembali.”

 

Minhyun tidak berani memegang janji Baekhyun. Tapi hati kecilnya ingin sekali menggantungkan semua harapan yang tersisa kepada janji itu. Berharap janji itu akan dipenuhi oleh Baekhyun. Tapi apa itu akan benar-benar terjadi? Apa Minhyun tidak akan terpuruk saat sadar itu hanyalah sebuah janji kosong? Atau malah semuanya terbayarkan saat ia bertemu dengan seorang Byun Baekhyun?

 

=== You and I ===

 

Dak.. duk.. Bruk..

 

Pagi itu benar-benar sangat ramai di apartemen Minhyun walaupun apartemen itu hanya ditempati oleh Minhyun. Pasalnya dia terlambat bangun. Tidak, dia tidak terlambat. Hanya saja dosennya seenaknya mengganti jam kelasnya menjadi lebih cepat 1 jam pagi ini. Tentu saja Minhyun harus melompat dan berlari ke kamar mandi dengan segera. Pikiran untuk membuat sarapan atau bekal pun tidak terpikir olehnya. Dia harus segera memasukkan semua keperluan kuliahnya ke dalam tas lalu berlari ke pintu. Tapi saat baru saja menutup pintu, dia teringat sesuatu.

 

Kameraku! Dimana kameraku?, paniknya dalam hati.

 

Minhyun kembali masuk ke dalam apartemennya yang mencari kameranya. Saat menemukannya, Minhyun langsung mengalungkannya dan berlari keluar.

 

“Ya!”

 

Minhyun hampir saja terjatuh karena berhenti mendadak. Dia menoleh. Tebakannya benar. Itu Baekhyun. Pria itu tertawa melihat penampilan Minhyun yang berantakan.

 

“Gadis aneh! Buru-buru ke kampus?” serunya.

 

Minhyun mengangguk cepat. “Ne~”

 

Baekhyun menyeringai. “Kalau begitu, cepatlah pergi. Bisa-bisa kau dihukum oleh professor Woo.”

 

Minhyun menepuk keningnya. Setelah membungkuk kepada Baekhyun, Minhyun berbalik dan hendak berlari. Tapi dia mengurungkan niatnya. Bagaimana Baekhyun tahu kalau kelas pertama Minhyun hari ini adalah kelas professor Woo?

 

Minhyun berbalik untuk bertanya kepada Baekhyun. Baekhyun kini sedang mengelus anak kucing berbulu putih dan abu-abu. Saat Minhyun ingin membuka mulutnya, sesuatu yang tidak terduga keluar dari mulut Baekhyun.

 

“Minhyun-ah, akhirnya ketemu juga kau, kucing nakal!” seru Baekhyun.

 

“Lupakan!” gumam Minhyun geram lalu berbalik dan berlari menuju lift.

 

>>>

 

Minhyun menghela nafas panjang penuh kelegaan saat memasuki kelas namun professor Woo belum terlihat batang hidungnya. Setelah dia berhasil mengontrol kembali kecepatan bernafasnya, dia mencolek bahu seorang temannya.

 

“Chanyoung-ssi, professor Woo belum datang juga, kah?” tanya Minhyun.

 

Chanyoung menggeleng pelan. “Belum. Kata Namjoo sih professor Woo mengundur jamnya jadi jam 8 lagi.”

 

Minhyun merengut. “Mwoya?”

 

“Menurut kakakku, professor Woo memang seperti itu. Terkadang dia suka mengerjai para muridnya. Tapi terkadang dia benar-benar memulai kelasnya tepat dengan jam yang sudah ia tetapkan. Tidak ada yang tahu apa professor Woo serius atau hanya main-main saat meminta memulai kelas lebih awal,” jelas Yookyung yang duduk didepan Minhyun.

 

Minhyun meniup poninya. “Oh jinjja…”

 

“Oh, Minhyun-ssi~ ku dengar kau kenal dengan Baekhyun sunbae, ya?” celetuk Chanyoung.

 

“Eh, mwo?” Minhyun mengerjap. “Tidak juga. Aku salah mengiranya sebagai temanku. Hanya itu. Aku sama sekali tidak mengenalnya. Apa kalian kenal dengannya?”

 

“Byun Baekhyun? Tentu saja. Dia itu pianis geniusnya Korea Selatan. Sama seperti Jung Sungha yang pandai bermain gitar. Baekhyun sunbae berhenti menjadi pianis sejak sekitar setahun atau 2 tahun yang lalu. Bahkan sepertinya dia menjauhi piano. Itu sih yang ku dengar tentangnya,” jawab Yookyung.

 

“Jeongmal?” gumam Minhyun pelan. Sangat pelan hingga hanya dia lah yang mendengar.

 

Lalu siapa yang ku lihat bermain piano di ruang musik dan ruang pertunjukkan beberapa hari yang lalu?, lanjutnya dalam hati.

 

>>>

 

Siang ini di taman, Minhyun kembali menghabiskan waktunya selagi menunggu kelas selanjutnya dimulai dengan memotret sekitarnya. Tangannya sibuk memutar lensa kamera untuk mengatur zoom dan focus kamera.

 

Terkadang Minhyun memikirkan nasibnya jika tidak bertemu Sulli. Oh mungkin Minhyun tidak akan mengerti cara memakai kamera. Dan lebih mungkin lagi kalau Minhyun tidak diterima di Seoul National University. Karena salah satu alasan ia diterima karena sebuah foto miliknya yang diminati oleh seorang dosen di universitas itu.

 

Omong-omong soal Sulli, sudah setahun ini Minhyun tidak mendengar kabar tentangnya. Terakhir Minhyun menerima kabar darinya, Sulli sibuk menyiapkan festival kotanya bersama teman-temannya di New York. Sulli sempat mengirim fotonya di salah satu taman di kota New York dengan latar belakang para penari jalanan.

 

Minhyun tersadar dari lamunannya saat handphonenya berdering. Dia segera mengangkatnya. “Eoh, yoboseyo..”

 

“Minhyun sunbae!” pekik sang penelepon.

 

Minhyun mengernyit sebentar. “Err, Hana-ya?”

 

“Ne.. ne.. ini aku.. ternyata sunbae mengenali suaraku dengan baik. Oh iya, aku kan junior kesayanganmu, ya? Hehe..”

 

Minhyun terkekeh pelan. “Dasar! Oh, ada apa, Hana-ya?”

 

“Aku ditugaskan untuk meliput konser amal di balai kota. Tapi saat itu kan waktunya libur keluarga. Aku ingin mengajak Aerin tapi keluarga Aerin itu kolot sekali. Pasti susah meminta izin untuk membawa Aerin meliput. Aku ingin mengajak anggota lain tapi mereka punya beribu alasan. Aku ingin mengajak—“

 

“Langsung saja, Hana-ya. Kau memintaku membantumu meliput? Iya, kan?” tebak Minhyun.

 

“Ne~”

 

Minhyun mendesah pelan. “Aku belum dengar soal itu sebelumnya. Siapa yang menjadi pengisi konser amal itu?”

 

“Ku dengar sih para pemusik jalanan. Tapi rumornya ada pianis terkenal yang akan ikut meramaikan konser itu,” jawab Hana. “Kalau tidak salah, namanya adalah Byun Baekhyun. Ah entahlah. Aku tidak tertarik dengan musik. Jadi aku kenal dengan nama itu.”

 

Minhyun terdiam. Baekhyun lagi?

 

“Sunbae? Kau masih disana, kan? Kau tidak diculik oleh alien, kan?” seru Hana karena ia tidak mendengar tanggapan Minhyun sama sekali. Tapi Minhyun tidak juga membalas.

 

“Ah, tidak! Alien, ku kutuk kau!! Jangan mengganggu sunbaeku! Jika bukan dia, siapa lagi yang akan menemaniku ke konser itu?!” erang Hana.

 

Akhirnya Minhyun tersadar. Ia berdecak. “Babo Hana!”

 

•••

 

Minhyun melambaikan tangannya saat melihat sosok Hana yang berlari ke arahnya. Hana tersenyum tipis sambil merapikan rambut panjangnya. Tas kecil berisi kamera diselempangkan di bahunya. Minhyun ikut tersenyum tipis.

 

“Bagaimana keadaan klub?” tanya Minhyun.

 

Hana menyibak rambutnya angkuh. “Klub sangat sukses ditanganku.”

 

Minhyun terkekeh sambil menepuk kepala Hana. Memang sejak beberapa bulan yang lalu, Hana resmi menjadi ketua klub itu menggantikan Chaerin. Sedangkan Minhyun menolak semua permintaan teman-temannya untuk menjadikannya seorang formatur klub. Cukup selama satu tahun ia menjadi wakil ketua dan ia tidak mau menyibukkan dirinya lagi di tahun terakhir dia berada di klub itu.

 

“Baguslah kalau begitu. Ku kira klub itu akan segera hancur saat jabatan ketua diberikan padamu,” cibir Minhyun.

 

Hana mendengus. “Aniya, sunbae. Berpindahnya jabatan ketua kepadaku itu adalah sebuah awal dari masa depan yang cerah bagi klub photography!”

 

“Huh, bahasamu itu.. benar-benar berhasil membuatku ingin muntah,” desis Minhyun.

 

Hana hanya tertawa mendengarnya.

 

“Oh ayo cepat kita masuk. Jika tidak buru-buru, kita tidak bisa masuk ke deretan terdepan!” seru Hana.

 

>>>

 

Minhyun menghela nafas panjang. Entah karena ia terlalu berharap atau apapun itu, yang pasti dia merasa kecewa karena sosok yang tunggu tidak muncul di konser amal itu. Ya, Baekhyun lah yang ia tunggu. Sosok Baekhyun yang bermain piano di atas panggung seperti saat ia mengiringi grup vokal 2 tahun yang lalu lah yang ia ingin lihat. Tapi rumor hanyalah rumor.

 

Minhyun meniup poninya gemas saat sadar dia sudah berada di depan pintu apartemennya. Tangannya terasa berat untuk menverifikasi password. Dia melirik pintu disamping pintunya. Pintu apartemen Baekhyun. Hatinya masih belum terima bahwa Baekhyun tidak muncul di konser itu. Kakinya melangkah ke depan pintu itu. Tangannya menekan bel dan mengetuk pintu itu.

 

“Ne~”

 

Sebuah suara terdengar dari dalam apartemen. Minhyun tersadar seketika. Dia membelalakkan matanya. Dia tidak tahu apa yang harus ia lakukan sekarang. Dia sibuk memposisikan tubuhnya. Biasa saja? Bertampang garang? Atau memasang wajah memelas? Apa yang harus ia lakukan?

 

“Kau?” gumam Baekhyun sambil memainkan alisnya saat melihat Minhyun berdiri di depan pintunya.

 

Minhyun berdeham sambil mengusap tengkuknya canggung. “Hm, annyeong.”

 

“Kau mengetuk pintuku hanya untuk menyapaku?” desis Baekhyun.

 

“B-bukan..” Minhyun menggeleng pelan. “Aku hanya ingin bertanya sesuatu.”

 

“Apa?”

 

“Apa kau diundang ke konser amal di balai kota malam ini?”

 

Baekhyun menatap Minhyun seakan Minhyun adalah orang teraneh yang pernah ia temui. Minhyun menggigit bibirnya sambil memejamkan matanya. Dia menyesal sudah melakukan ini. Harusnya dia berlari masuk ke apartemennya sebelum pintu itu dibuka. Atau.. entahlah. Yang pasti Minhyun menyesal sekarang.

 

“Ne.. tapi aku menolaknya. Apa mereka tetap mencantumkan namaku di brosur?” kata Baekhyun akhirnya.

 

Minhyun membuka matanya dan menatap Baekhyun tak percaya. “Eh, apa?”

 

“Aku menolaknya. Apa mereka tetap mencantumkan namaku di brosur?” ulang Baekhyun kesal.

 

Minhyun menggaruk kepalanya. “I-iya. Mereka mencantumkan namamu di brosur. Apa kau tidak pernah melihat brosurnya?”

 

Baekhyun hanya diam sambil menatap Minhyun datar. Minhyun semakin gemetar karenanya.

 

“Err, sudah malam. Lebih baik aku.. masuk ke apartemenku. J-jaljayo, sunbae..” pamit Minhyun.

 

Baekhyun menarik tangan Minhyun saat Minhyun hendak pergi. Minhyun terhenyak karenanya. Jantungnya berdetak cepat.

 

“Ku pikir kau mempunyai alasan lain untuk mengetuk pintuku selain itu,” ucap Baekhyun.

 

“Eh?” Minhyun kembali dibuat terhenyak oleh Baekhyun. “I-itu..”

 

“Katakan saja.”

 

“Aku ingin bertanya. Kenapa kau menolaknya?”

 

“Karena aku tidak mau bermain piano lagi?”

 

Minhyun mengerutkan keningnya. “Lalu siapa yang ku temui di ruang musik dan ruang pertunjukkan dan dia sedang bermain piano. Oh ku yakin itu adalah hantu kalau begitu!”

 

Baekhyun menepuk keningnya. “Ah, itu.. ku mohon jangan katakan itu kepada siapapun.”

 

“Tidak. Tidak akan kecuali kau mengatakan alasan sebenarnya.”

 

Baekhyun mengangkat alisnya sambil menatap Minhyun bingung. Sedangkan Minhyun menatapnya penuh harap. Tak lama Baekhyun tertawa geli. Baekhyun berusaha menahannya dengan kedua tangannya tapi gagal. Minhyun hanya mendesis sambil menggigit bibitnya kesal.

 

“Oh, mianhae. Aku tidak bermaksud untuk menertawakanmu,” kata Baekhyun sambil menahan tawanya.

 

“Tapi kau menertawakanku tadi, sunbae. Dan sampai sekarang pun masih menertawakanku,” sungut Minhyun.

 

“Mianhae..”

 

Minhyun menggeleng frustasi. Dia menghentakkan kakinya lalu berlari ke depan pintu apartemennya. Baekhyun langsung mengejarnya. Minhyun melirik Baekhyun kesal sambil menverifikasi pintunya lalu masuk ke dalam apartemennya. Baekhyun segera menahan pintunya sebelum pintu itu tertutup sempurna.

 

“Hei, aku sudah minta maaf, kan?” seru Baekhyun.

 

“Tapi kau tidak menyesalinya!” sahut Minhyun.

 

Baekhyun mendengus. “Baiklah, aku menyesal. Sekarang buka pintunya!”

 

Minhyun mengalah. Dia membuka pintunya. Tatapan kesal Minhyun belum juga berubah. Baekhyun hanya termendesah pelan sambil menggaruk kepalanya.

 

“Jadi apa jawabanmu?” tanya Minhyun tiba-tiba.

 

“Uh?”

 

Minhyun berdecak. “Alasanmu menolaknya. Alasanmu berperilaku seakan membenci piano didepan orang-orang.”

 

“A-aku..” Baekhyun tampak berpikir sejenak. “Tunggu, aku akan memberitahumu dengan satu syarat!”

 

“Apa?”

 

“Kau harus menjadi babysitter dari anak kucingku!”

 

“MWO?!”

 

•••

 

Kai menepuk bahu Minhyun lumayan keras dengan harapan gadis itu akan tersadar dari lamunannya. Berhasil, Minhyun tersadar. Dia mengaduh kencang akibat tepukan keras Kai itu. Kai hanya tertawa melihatnya.

 

“Babo Jongin!” desis Minhyun.

 

Kai mendelik. “Kau bilang apa?”

 

Minhyun menggeleng cepat. “Aniya~”

 

“Jangan memanggilku dengan nama itu. Cukup Kai tanpa embel apapun!” tegas Kai.

 

Minhyun memutar matanya jengah. Dia kembali berpikir akan Baekhyun. Kini orang itu benar-benar membuat Minhyun penasaran. Minhyun kira Byun Baekhyun dengan ‘Baekhyun’ adalah orang yang sama. Mereka juga pintar bermain piano. Tetapi sifat mereka berbeda. ‘Baekhyun’ adalah seorang laki-laki yang galak, moody dan childish. Sedangkan Byun Baekhyun adalah seorang laki-laki yang penuh misteri, seenaknya sendiri dan menyebalkan. Berbeda! Minhyun menyesal telah ‘Baekhyun’ disamakan dengan seorang Byun Baekhyun. ‘Baekhyun’ jauh lebih menggemaskan dibandingkan Byun Baekhyun!

 

“Tapi jika aku benar-benar menghilang, aku janji aku akan kembali.”

 

Minhyun mengepalkan tangannya saat teringat janji terakhir Baekhyun. Apa itu benar? Sampai sekarang, Minhyun masih belum berani berharap.

 

“Hei, apa yang sedang kamu pikirkan? Sepertinya hal yang serius. Wajahmu sampai seperti itu,” celetuk Kai.

 

Minhyun mendesah pelan. “Eobseoyo..”

 

“Apa soal Baekhyun? Jujur saja, awalnya aku sama sekali tidak tertarik dengan orang itu. Tapi sejak keberadaanmu disini, aku jadi ingin membantumu mengenali siapa Baekhyun itu sebenarnya,” ujar Kai. “Semakin mengetahui banyak hal tentangnya, aku semakin penasaran. Kau merasakan hal yang sama?”

 

Minhyun tersenyum kecut. Dia mengangguk pelan sebagai jawabannya. Melihat itu, Kai mendesah pelan. Kini dia berpikir bagaimana cara mencari tahu soal seorang Byun Baekhyun lebih dalam.

 

“Tidak usah dipikirkan, Kai. Biar aku saja yang mengurus semua ini. Lebih baik kau pikirkan rencana kencan sempurnamu dengan Aerin,” desah Minhyun lalu bangkit dan pergi meninggalkan Kai.

 

Kai terhenyak. Dia tersenyum kecut. Dia tidak menyangka kini Minhyun menjadi seseorang yang suka sekali menggoda orang. Apa tertular virus Hana? Secara Minhyun cukup dekat dengan Hana. Lihat saja, saat waktunya pulang sekolah nanti, Kai akan mencekik Lee Hana yang sudah mengubah kepribadian Kang Minhyun.

 

“Hei, mau kemana?” teriak Kai.

 

Minhyun berbalik. “Ke kelas selanjutnya. Aku seorang mahasiswi. Ingat? Dan kau, sunbae.. apa kau tidak ada kelas setelah ini?”

 

Kai melirik jam tangannya. 10 menit lagi kelasnya juga dimulai. Dia langsung berlari panik menuju kelas selanjutnya. Minhyun hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah laku seniornya itu.

 

>>>

 

Sepulangnya dari kampus, Minhyun ingin mengurung dirinya di dapur dan membuat makanan kesukaannya untuk memanjakan tubuhnya setelah dipusingkan oleh beberapa kelas. Tapi sepertinya rencananya itu harus dikubur dalam-dalam saat melihat sosok Baekhyun yang sedang menggendong seekor anak kucing di tangannya.

 

“Yo!” sapa Baekhyun dengan senyuman lebar.

 

Minhyun meringis pelan. “Ada apa ini?”

 

“Aku ingin menitipkan Minhyun kepadamu. Aku harus ke perusahaan ayahku sekarang,” kata Baekhyun sambil menyerahkan anak kucingnya kepada Minhyun.

 

Minhyun menatap kosong anak kucing itu dengan wajah bodoh. Baekhyun hanya menatapnya santai seakan tidak ada yang salah.

 

“Bukannya namanya Rabella?” cetus Minhyun akhirnya.

 

“Ku pikir nama itu tidak cocok untuk kucing yang majikannya orang Korea. Jadi ku ganti namanya menjadi Minhyun. Cocok, kan?” jelas Baekhyun enteng. “Yah walaupun kucingku terlalu bagus untuk diberi nama Minhyun.”

 

“Kalau begitu kenapa kau beri nama Minhyun?!” geram Minhyun.

 

“Sesukaku. Ini adalah kucingku. Jadi terserahku ingin ku beri nama apa, kan?”

 

Minhyun mendengus. “Tapi aku belum bilang aku setuju menjadi babysitter anak kucingmu..”

 

“Ku tahu cepat atau lambat kau pasti akan setuju. Tidak usah mengelak,” sergah Baekhyun cepat.

 

Minhyun menarik nafas dalam lalu merebut kucing itu. Dia segera menverifikasi password dan masuk ke apartemennya tanpa mengatakan apapun. Sedangkan Baekhyun mengulas seringaian tipis.

 

Minhyun menghempaskan tubuhnya di sofa lalu mengangkat kucing itu hingga setara dengan wajahnya. Tadinya Minhyun ingin memarahi kucing itu. Tapi dia kubur dalam-dalam karena kelucuan anak kucing itu. Minhyun menghela nafas panjang.

 

“Hei, Minhyun! Oke, kita berdua adalah Minhyun. Jadi kau harus sehati denganku. Jika aku membenci Byun Baekhyun, kau juga harus membencinya! Arasso?” tegas Minhyun kepada anak kucing itu.

 

Anak kucing itu menatap Minhyun seakan bingung. “Meow~”

 

“Oke.. terserahmu jika kau tidak mau menjadi sekutuku. Tapi jika kau berpihak dengannya, aku tidak akan berbagi makanan denganmu. Aku mau masak bulgogi yang nikmat sekali loh!” tambah Minhyun.

 

“Meow~” anak kucing itu menyahut dengan semangat.

 

=== You and I ===

 

Lanjutannya cepet, kan? Abis lebaran, kan? Aku udah tepatin janjiku dong ya? Hehe.. next chapter mungkin ga akan secepat ini lagi. Tapi aku usahain deh ^^

Oh ya, minal aidin wal fa faidzin semuanya ~~~ ^o^/ saya mau ke rumah buyut dulu. Chu~ ❤

3 responses to “[Series] You and I (Chapter 6)

  1. kayak ny aq udah baca n comment ff chingu yg ini d blog sbelah…
    py gpp cment lg ja…
    byun baekhyun penuh misteri….
    aq masih penasaran sbnar ny dy ingat taw gak ma minhyun….
    ok next part jngan klamaan y chingu…

Leave a reply to Lee Hyura Cancel reply