[3Shots] Almost Have You – The Finale

Baby, Love You

Author : Lee Hyura

Title : Almost Have You

Genre: Angst, Romance

Rating : PG-13

Length : Threeshots

Cast :

  • SNSD Jessica
  • EXO Luhan

Note: Maaf aku baru post hari ini. Sengaja sih sekalian ngerayain ulangtahun 2 author di blog exoshidae yang lahir di tanggal, bulan dan tahun yang sama. Ada yang tau siapa?
Clue: author yang satu foto gravatarnya adalah Sooyoung, dan yang satunya lagi adalah Jessica. Hohoho~

Backsound: Davichi – Be Warmed

=== Almost Have You ===

Ekspresi bahagia terlukis di wajah Yuri saat memakan pesanan yang menjadi makan siangnya yang terlambat setelah rapat di kantor tadi. Berbeda dengan Luhan yang terlihat ogah-ogahan menyuap makanannya. Menyadarinya, Yuri berhenti dan meneguk air.

“Sebaiknya kau habiskan makananmu. Jika tidak, kau akan sakit lagi. Nanti aku yang susah,” ujar Yuri, sedikit sinis.

Luhan mendesah pelan. “Aku tidak terlalu lapar.”

“Bohong! Kau bahkan tidak sarapan, Lu!”

Luhan menatap Yuri kesal. Terkadang sekertaris yang entah kapan menjadi sahabatnya itu hobi membuatnya kesal. Yuri selalu cerewet tentang ini dan itu seakan ia adalah ibunya Luhan.

“Ah…” Yuri tersenyum jahil. “Kau cemburu, ya, melihat Sooyeon bersama pria lain? Apalagi dia sangat tampan dan pasti lebih muda dari Sooyeon. Kelihatannya mereka sangat akrab.”

Shut up, Kwon Yuri!”

Luhan menyendok makanannya kesal.

“Aha~ little deer is jealous. Little deer is jealous~”

Luhan menghela napas. Dia memang kepikiran soal tadi. Sooyeon menarik pria yang bersamanya untuk pergi begitu saja, kabur darinya dan Yuri. Jika bukan karena Yuri menariknya untuk bertemu dengan Sooyeon, Sooyeon dan pria itu mungkin masih menikmati pesanan mereka sekarang. Entah karena Sooyeon sudah muak melihat wajahnya atau apalah itu, dia tidak tahu.

“Harusnya kau berbahagia sekarang. Sebentar lagi kalian akan bercerai,” celetuk Yuri.

Luhan mendelik bingung. Dia tidak menyangka Yuri tahu soal perceraiannya karena Luhan memang belum cerita kepada siapapun.

“Bagaimana—“

Yuri tersenyum tipis. “Aku yang meyakinkannya untuk menceraikanmu.”

Luhan menatap Yuri tak percaya.

“Yah, sebelumnya aku minta maaf sudah ikut campur dalam masalah pernikahanmu. Bagaimana lagi? Aku kan memang sudah masuk terlalu dalam,” tambah Yuri cepat.

“Apa maksudnya? Kau tidak ada urusannya sama sekali, Yul! Jangan kau pikir hanya karena kau sering menginap di rumahku, kau mengerti masalah kami!”

“Baiklah..”  Yuri meletakkan alat makannya. “Aku ingin jujur satu hal padamu. Tapi jangan marah. Aku melakukan ini hanya untuk membantumu. Janji?”

“Aku tidak bisa janji.”

5 bulan Yuri mengenalnya, baru kali ini Luhan memperdengarkan suara yang berat, penuh penekanan dan ketajaman. Semarah apapun, dia selalu terdengar tenang.

Yuri pun mulai menjelaskan semuanya. Luhan tidak tahu harus berkata apa. Dia sibuk mengatur kecepatan pernafasan dan detak jantungnya yang meningkat akibat hormon adrenalin. Yuri merasa bersalah sekarang. Yuri meraih tangan Luhan dan meremasnya.

Luhan mendengus pelan. “Bagus. Jadi ini masalah utama pernikahanku dan bodohnya, aku baru tahu.”

“Lu, percayalah! Aku melakukan ini untukmu. Aku kira kau tidak mencintainya dan ingin bercerai dengannya. Jadi aku melakukan ini. Aku hanya ingin menjadi sahabat yang baik…” yakin Yuri.

“Kalau begitu, terima kasih banyak sudah menjadi sahabat terbaikku, Kwon Yuri!”

Yuri menundukkan kepalanya. Dia tidak menyangka, bukannya menyelesaikan masalah Luhan, dia malah menghancurkan segalanya.

“Tapi bisa ku katakan, dia mencintaimu. Sepertinya kau salah paham jika menganggap dia terpaksa untuk menikahimu,” gumam Yuri.

Luhan mengabaikannya. Ia sudah bosan dengan kalimat itu. Sooyeon mencintainya? Apa buktinya? Bagaimana bisa wanita itu mencintai dirinya yang tak pernah membuatnya senang sekali pun? Berbeda dengan pria yang bersamanya tadi. Pria itu berhasil membuatnya tertawa. Luhan harus akui, dirinya iri dengan pria itu.

>>>

Sehun menggaruk kepalanya sekilas. Dia bingung harus melakukan apa. Belum 1 jam yang lalu ia tertawa bersama sepupunya dan kini sepupunya kembali murung. Sudah lama ia tidak bertemu dengan Sooyeon karena sekolah di Jepang. Kini dia memaksakan diri untuk datang ke Korea hanya untuk menghibur Sooyeon walau hanya sehari. Tidak mungkin dia pulang dengan misi yang belum terselesaikan.

“Kau tahu, Sehun-ah? Kadang-kadang aku membenci diriku sendiri,” gumam Sooyeon.

Sehun merangkul Sooyeon. Tubuh Sooyeon yang kecil memudahkan Sehun untuk sekaligus memeluknya.

Sooyeon mendesah frustasi. “Harusnya aku membenci pria itu. Lagipula kami akan bercerai. Tidak seharusnya aku tetap mempunyai rasa terhadapnya. Akan tetapi setiap aku melihat wajahnya, hatiku terasa hangat. Aku tidak bisa membencinya.”

“Ku rasa kau perlu mengalihkan pikiranmu ke hal lain,” usul Sehun.

“Itu yang ku pikirkan. Aku ingin pergi ke suatu tempat. Kau mau menemaniku?”

“Bagaimana dengan sekolahku, Noona?”

“Kau sudah pintar, Sehun-ah. Bolos beberapa hari tidak akan membuatmu bodoh~”

Sehun berpikir sejenak lalu mengangguk. “Jadi kemana?”

“Busan~”

Sehun berdecak. Harusnya ia sudah tahu. Sooyeon akan selalu memilih laut. Untuk apa Sehun masih juga bertanya? Pertanyaan yang bodoh.

“Baiklah. Tapi…” Sehun menggantungkan kalimatnya sambil mengambil handphone yang digenggam oleh Sooyeon sedari tadi. “Tak ada yang boleh menghubungimu saat kau pergi denganku. Deal?”

***

“Nyonya Xi menunjukkan perkembangan yang pesat. Baru beberapa hari yang lalu ia sadar, kini dia sudah bisa berteriak rupanya. Beberapa ototnya juga mulai tidak kaku. Beliau melakukan setiap terapi dengan sangat baik,” ucap dokter Kim, menjelaskan semua isi laporan tentang terapi ibu Luhan dan Seohyun.

“Jadi dia akan cepat sembuh?” tanya Seohyun.

Dokter Kim mengangguk. “Ya. Ibumu berhasil membuatku terpukau dengan kecepatan pulihnya. Mungkin 2 minggu lagi, dia sudah diperbolehkan pulang dan dilanjut dengan rawat jalan. Sepertinya dia mempunyai semangat yang tinggi.”

“Ya begitulah. Dia mempunyai rencana besar saat dia sembuh nanti. Itu sebabnya dia serius melakukan segala macam terapi.”

“Akan tetapi, katakan kepadanya untuk jangan terlalu memaksakan dirinya. Terlalu cepat juga tidak baik. Dia juga butuh banyak istirahat untuk sembuh.”

Seohyun mengangguk. Setelah semuanya selesai, dia kembali ke kamar rawat ibunya. Di sana sudah ada Luhan yang sibuk memaksa ibunya untuk istirahat.

“Umma, dokter menyuruhmu untuk banyak istirahat supaya cepat sembuh. Kalau latihan berlebihan juga tidak baik untuk kesehatanmu,” omel Seohyun sambil membantu Luhan menarik ibunya ke kasurnya.

Nyonya Xi akhirnya pasrah dipindahkan dari kursi roda ke kasur. Dia melipat tangannya.

“Jadi… bagaimana perkembangan hubunganmu dengan Sooyeon?” tanyanya.

Luhan dan Seohyun saling berpandangan. Seohyun mengangguk, mengizinkan Luhan untuk membuka segalanya.

“Kami akan tetap bercerai. Kami sudah menandatangani surat perceraian. Tinggal menunggu persidangan saja,” jawab Luhan.

“Lu—“

“Biarkan aku menjelaskan semuanya, Umma,” potong Seohyun. “Oppa melakukan ini untuk kebahagiaan Sooyeon unnie juga. Mereka menikah bukan karena cinta namun paksaan. Mereka tidak saling mencintai satu sama lain. Apa Umma tega melihat anakmu terpaksa menjalani pernikahannya yang tak dilandasi oleh cinta? Bukankah Umma sendiri yang meminta kami untuk menikah dengan orang yang kami cintai, bukan karena paksaan?”

Luhan berterima kasih pada Seohyun dalam hati. Karena Seohyun, dia tidak perlu susah-susah mencari kata yang tepat.

Kini mata ibunya tertuju pada Luhan. “Apa itu benar, Luhan?”

Luhan mengangguk.

“Tapi Sooyeon adalah gadis yang baik dan dia—“

“Mencintaiku?” Luhan mendesah. “Sudah berapa kali Umma mengatakan itu?”

Ibunya mengerucutkan bibirnya sambil memasang ekspresi sedih.

“Jangan wajah itu, Umma!” protes Luhan.

Seohyun terkekeh kecil melihatnya. Luhan tidak akan bisa melawan wajah sedih ibunya.

Luhan mengangguk. “Baiklah, ku rasa aku perlu berbicara dengannya untuk menyelesaikan beberapa masalah. Umma puas?”

Sang umma hanya menyengir.

>>>

Luhan mematikan mesin mobilnya ketika mobilnya sudah berada di halaman sebuah rumah mewah. Bisa dibilang baru kali ini Luhan datang ke rumah ini tanpa Sooyeon. Ada sedikit rasa gugup di hatinya. Setelah memantapkan diri, dia keluar dan seorang pelayan membawanya ke dalam rumah lalu menyuruhnya duduk di sofa.

Setelah menawarkan minum, pelayan itu membungkuk sopan dan pergi meninggalkannya. Luhan melirik ke segala arah. Rumah itu terasa sangat sepi, seakan tidak ada orang yang tinggal di sana. Dengan kehidupan masa kecilnya yang indah, Luhan bertanya-tanya akan perasaan Sooyeon yang tinggal di rumah sesepi ini. Apalagi seingatnya, Sooyeon bukan tipe orang yang senang bergaul saat kuliah dulu.

“Kau… Luhan, bukan?”

Luhan terlonjak bangun ketika sadar kini seorang pria yang sepertinya hampir berumur 50 tahun sudah duduk di hadapannya. Luhan segera membungkukkan badannya sopan. Setelah diberi izin, Luhan kembali duduk.

“Y-ya, benar. Saya Luhan. Tuan.. ayahnya Sooyeon?” balas Luhan gugup.

Pria itu tersenyum tipis. Bukannya menjawab, pria itu malah membalas, “jadi ini pria yang sudah merebut hati putriku? Sooyeon memang tidak pernah salah pilih. Saya juga sudah mendengar cerita tentang pekerjaanmu di kantor. Pekerjaanmu memuaskan.”

Luhan tersenyum sungkan mendengarnya.

“Jadi, kenapa kalian bercerai? Kau tidak mencintainya?” tanya tuan Jung.

“B-bukan begitu—“

“Yang pasti bukan karena Sooyeon tidak mencintaimu, ‘kan? Karena siapapun pasti sadar betapa putriku mencintaimu.”

Luhan hanya tersenyum kecil. Kini ada sedikit keraguan di hatinya. Apa benar Sooyeon mencintainya?

“Kau pasti mencari Sooyeon, ‘kan?” tanya tuan Jung.

“Ne..” Luhan mengangguk. “Aku mencoba menghubunginya tapi tidak bisa. Apa aku bisa bertemu dengan Sooyeon?”

“Sooyeon sedang pergi bersama Sehun ke Busan. Sehun menyita segala macam barang yang memungkinkan Sooyeon untuk menghubungi seseorang.”

Luhan menatap tuan Jung bingung sekaligus penasaran. Siapa lagi Sehun itu?

“Dia adalah sepupu Sooyeon. Saya hanya bisa mengatakan mereka tidak keluar negeri tapi tidak bisa mengatakan kemana tepatnya,” tambah tuan Jung.

Luhan tersenyum tipis. “Aku tahu. Pasti ke pantai, ‘kan?”

“Bagaimana kau tahu?”

Luhan menggaruk kepalanya canggung. “P-pantai adalah tempat yang sempurna untuk melepas penat, ‘kan? Hehe..”

Tuan Jung tersenyum tipis. “Sepertinya pemikiranmu jauh dari itu.”

***

Dia biarkan angin memainkan rambutnya. Matanya tertutup. Hidungnya digunakan untuk mencium bau khas laut. Air laut terasa hangat di kulit kakinya. Suara ombak menjadi musik bagi telinganya. Baru kali ini dia merasa sangat tenang. Namun momen indahnya diganggu. Tubuhnya tegang ketika sepasang tangan menariknya tiba-tiba. Sooyeon membuka matanya sebal.

“Sehun! Jangan mengganggu!” omel Sooyeon.

Sehun tersenyum jahil. “Aku bosan. Ayo main!”

“Main sendiri sana!”

“Noona~ aku sudah berbaik hati menemanimu di sini dan kau harus memperlakukanku dengan baik juga!”

Sooyeon melirik sepupunya tajam. “Kau dengan Sooyoung saja!”

“Sooyoung noona sedang asik berbelanja makanan laut. Jika aku bersamanya, aku bisa mati karena kelebihan protein.”

Sooyeon memutar matanya kesal. Sooyoung dan makanan adalah hal yang tak bisa dipisahkan. Jika Sooyoung mau menghentikan obsesinya terhadap makanan, mungkin kini Sehun tidak akan mengganggunya.

“Baiklah. Mau kemana kita?” tanya Sooyeon.

Sehun terlihat berpikir sejenak. Dia melirik sekitarnya. Pantai itu lumayan ramai walaupun bukan di hari libur. Melihat itu, Sooyeon tahu apa maksudnya. Sehun hanya ingin ke tempat yang tenang. Dia tidak terlalu menyukai keramaian.

“Baiklah… Baiklah… kita pergi dari sini. Bagaimana jika kita ke atas sana?” usul Jessica sambil menunjuk sebuah tebing yang dibawahnya ada kumpulan batu-batu besar yang diterjang ombak.

Sehun mengidik ngeri. “Bagaimana jika kita jatuh?”

“Tidak akan! Ayo ke sana.”

Sooyeon menarik paksa Sehun ke atas sana. Sepupunya hanya pasrah dirinya ditarik paksa ke tempat itu. Akan tetapi ternyata tidak seburuk yang ia pikirkan. Setidaknya tempat itu tetap aman jika ia dan Sooyeon tidak terlalu mendekati tebing.

“Sekarang kau puas, ‘kan?” tanya Sooyeon.

Sehun mendelik. “Harusnya aku yang bertanya seperti itu.”

Sooyeon hanya memutar matanya. Dia mendekati tebing dan duduk di sana. Sehun ingin mengikuti Sooyeon tapi sebuah tepukan di bahunya membuatnya menoleh. Ternyata Sooyoung.

“Ada apa?” tanya Sehun.

“Kita harus pulang secepatnya,” jawab Sooyoung.

Sehun mengernyit bingung. Tapi kebingungannya sirna setelah melihat pesan yang dikirimkan tuan Jung.

>>>

Sooyeon terpaksa kembali ke vila keluarganya setelah Sehun dan Sooyoung memaksanya untuk pulang. Padahal dia belum puas berada di sana. Vila mereka masih berada di daerah sekitar pantai sehingga tidak memerlukan waktu lama untuk sampai di vila dengan berjalan kaki.

“Tuan Jung menyuruhmu untuk istirahat, Nona Sooyeon,” kata Sooyoung. “Kau sudah berada di pantai dari pagi. Kulitmu sudah mulai merah.”

Sooyeon melirik kulit tangannya yang memang sudah mulai memerah. Akhirnya dia berhenti merajuk.

“Jangan ganggu aku sampai waktunya makan malam nanti. Aku harus mengerjakan tugas yang dikirimkan temanku,” pesan Sehun seraya lari ke kamarnya.

Sooyeon menatap Sooyoung memohon untuk menemaninya.

“Maaf, Nona. Tapi aku lelah. Aku ingin tidur,” tolak Sooyoung sambil tersenyum bersalah.

Sooyeon mendengus. “Padahal aku baru saja membeli ular tangga untuk kita mainkan!”

“Lebih baik Nona istirahat seperti apa yang diperintahkan tuan.”

Sooyeon merengut. Dia masuk ke kamarnya dengan langkah dihentakkan. Kamarnya mempunyai pemandangan laut sehingga Sooyeon senang berada di balkon hingga malam jika tidak diperbolehkan ke pantai.

Tuk!

Sebuah batu kecil mengenai kaca jendelanya. Sooyeon segera melihat ke bawah untuk mencari orang yang melemparkan batu itu. Jantungnya berdetak cepat ketika melihat sosok Luhan berdiri di depan vila sambil melambai kepadanya. Kini dengan senyuman di wajahnya. Dia menyuruh Sooyeon untuk menemuinya dengan gerakan tangan. Walaupun ragu, wanita itu tetap menurut.

“Apa yang kau lakukan di sini?” tanya Sooyeon sesampainya di depan Luhan.

“Untuk menjelaskan semuanya. Aku tidak mau kesalahpahaman ini terus berlanjut,” jawab Luhan.

Sooyeon mengerutkan keningnya tak mengerti. Sebelum ia membuka mulut, Luhan sudah terlebih dahulu menariknya menjauh dari vila.

“Ayahmu berpesan Sooyoung tidak boleh mengetahui pertemuan kita. Katanya, Sooyoung akan melarangku menemuimu,” jelas Luhan, seakan mengerti apa yang dibingungkan oleh Sooyeon sekarang.

Sooyeon mengangguk. “Ku rasa itu benar.”

Kini mereka sampai di bagian pantai yang tidak terlalu ramai. Sooyeon memainkan kakinya di air sementara Luhan menjauh karena ia memakai sepatu, berbeda dengan Sooyoen yang memakai sendal.

“Ayahku yang memberitahumu keberadaanku?” tanya Sooyeon.

“Dia hanya bilang kau sedang berlibur. Aku yang menyimpulkan kau pasti pergi ke pantai. Jadi aku mencari tahu vila keluargamu yang berada di pantai,” ujar Luhan.

“Tunggu, bagaimana kau tahu aku pasti pergi ke pantai?”

“Aku pernah masuk ke kamarmu dan aku bisa menyimpulkan kau menyukai laut. Jadi aku yakin kau pasti pergi ke pantai.”

Sooyeon melirik Luhan sekilas. Melihat senyumannya dan rambutnya yang diterpa angin membuat jantungnya berdetak semakin cepat.

“Jadi, kesalahpahaman apa yang kau maksud?” tanya Sooyeon.

“Oh kau tipe orang yang senang langsung ke poin?” tanggap Luhan santai. “Baiklah kalau begitu, Sooyeon-ssi. Aku ingin menjelaskan hubunganku dan Yuri.”

Tubuh Sooyeon menegangkan. Ia benci harus membicarakan ini. Akan tetapi dia tidak mengatakan apapun.

“Kau salah paham. Dia hanya temanku. Setidaknya dengan kedekatan kami sekarang, bisa dibilang kami adalah sahabat,” lanjut Luhan.

“Oh sahabat? Apa ada sahabat yang tidur bersama?” sungut Sooyeon.

“Dia memang sering tidur di kamarku tapi kami tidak pernah tidur di satu kasur. Dia tidur di kasurku dan aku tidur di kasur lipat. Dia hanya akan menumpang tidur jika dia sedang bertengkar dengan pacarnya.”

“Apa mereka bertengkar setiap malam?”

“Baiklah, awalnya dia menginap karena dia dan pacarnya sedang bertengkar parah. Lalu setelah mereka sudah berdamai, aku tidak tahu kenapa dia jadi senang menumpang tidur. Aku tidak pernah bisa mengatakan tidak kepada wanita sejak kecil jadi aku akui itu salahku. Bad of me. Aku minta maaf jika dia sudah membuatmu tidak nyaman tapi Yuri adalah orang yang baik walaupun dia senang bertindak seenaknya.”

Sooyeon jongkok untuk mengukir pasir basah dengan jarinya. Penjelasan Luhan tidak masuk akal baginya.

“Lalu kenapa bajumu berserakan di lantai setiap pagi jika Yuri menginap?” tanya Sooyeon.

“Kau terdengar cemburu,” goda Luhan dan langsung menutup mulutnya ketika Sooyeon memberikannya deathglare. “Itu keusilan Yuri untuk mengerjaimu karena kau sudah berpikir yang macam-macam sejak dia datang. Saat aku masuk kamar mandi, dia akan menebar pakaian kantorku di lantai sehingga kau berpikir aku melakukan sesuatu dengannya.”

“Tapi Yuri bilang—“

“Sudah ku bilang, dia hanya mengerjaimu! Dia pikir aku ingin kita bercerai tapi aku tidak berani menceraimu. Mengatakan ‘tidak’ saja aku tidak sanggup, apalagi menceraikan seseorang? Itu sebabnya dia ingin membantuku.”

Sooyeon mendesis. “Kau terlalu baik.”

“Banyak orang yang bilang begitu. Tapi terima kasih walaupun aku tidak tahu itu itu pujian atau sindiran.”

Sooyeon bangkit dan berdiri di hadapan Luhan. Dia menunduk sambil menjilat bibirnya karena tidak bisa melihat mata Luhan.

“Aku menikahimu bukan karena terpaksa,” kata Sooyeon.

Luhan menatapnya bingung.

Sooyeon segera melanjutkannya, “Baiklah, memang aku dipaksa oleh Sooyoung untuk menikahimu karena dia pikir ini yang terbaik. Aku menyukaimu tapi kau malah menjalin hubungan dengan wanita lain. Sooyoung terpikir cara ini agar bisa menyingkirkan Yoona darimu dan aku pun bisa mendapatkanmu. Aku tahu rencana Sooyoung adalah salah karena memisahkanmu dari Yoona tapi aku tidak bisa menyalahkan Sooyoung. Sooyoung hanya ingin aku bahagia. Aku minta maaf karena aku sudah memisahkanmu dari orang yang kau cintai.”

“Aku tidak mencintai Yoona.”

Kini Sooyeon lah yang menatap Luhan bingung.

“Seperti yang ku bilang, aku tidak bisa mengatakan ‘tidak’. Terlebih adikku memang dekat dengan Yoona dan dia ingin aku bersama Yoona. Jadi saat Yoona mengungkapkan perasaannya, aku menerimanya. Jika kau melakukannya sebelum Yoona yang melakukannya, kau lah yang bersamaku,” jelas Luhan.

Sooyeon menggeleng. “Tetap menyakitkan jika kau menerimaku tanpa membalas perasaanku.”

Luhan menggaruk kepalanya. “Aku tidak bisa janji soal itu.”

“Apa kau melakukan ini untuk memintaku membatalkan perceraian kita?”

Luhan menggeleng. Harapan Sooyeon yang baru saja tumbuh kini kembali hancur. Dia membenci Luhan yang selalu menghancurkan harapannya. Sungguh!

“Aku tidak akan memaksamu untuk membatalkannya. Lakukan apa yang ingin kau lakukan,” ucap Luhan.

Sooyeon menggertakkan giginya. Dia segera mengambil langkah meninggalkan Luhan namun tangannya ditahan oleh Luhan.

“Kau marah?” tanya Luhan bingung.

Sooyeon memutar mata. “Well, jika aku marah, apa yang akan kau lakukan?”

Luhan menggeleng pelan. “Aku tidak mengerti kenapa kau marah.”

“Aku lebih tidak mengerti dengan apa yang ada di otakmu, Xi Luhan!”

Sooyeon menghentakkan tangannya hingga terlepas dari tangan Luhan dan pergi meninggalkan pria itu. Luhan segera mengejarnya dan berusaha untuk menyamai langkah Sooyeon tanpa menahan tangannya lagi.

“Kau marah karena aku tidak memaksamu untuk membatalkan perceraian kita?” tanya Luhan.

Sooyeon tidak menjawab.

“Kau marah karena itu?” tanya Luhan lagi.

Sooyeon masih tidak menjawab dan malah mempercepat langkah. Tetap saja Luhan bisa menyetarainya dengan mudah karena kakinya yang lebih panjang dari Sooyeon.

“Bukankah kau sendiri yang bilang kau akan lebih bahagia jika kita berpisah? Kau sendiri yang bilang pada ibuku.”

Sooyeon menghentikan langkahnya. Luhan berhenti beberapa langkah di depan Sooyeon lalu berbalik. Dia tidak bisa membaca ekspresi apa di wajah istrinya.

“Aku tidak pernah membuatmu bahagia sekalipun. Jika ada yang bisa ku lakukan untuk membahagiakanmu, aku akan melakukannya. Termasuk menceraikanmu,” kata Luhan.

Mata Sooyeon mulai berair. Luhan menghela napas melihatnya.

“Lihat, aku malah membuatmu menangis. Apa yang ku lakukan selalu membuatmu sedih. Aku—“

“Berbalik,” perintah Sooyeon.

Luhan menatapnya bingung.

“Berbalik,” ulang Sooyeon.

Akhirnya Luhan menurut. Dia berbalik.

“Jongkok,” perintah Sooyeon kini.

Luhan kembali menurutinya. Setelah ia berjongkok, Sooyeon naik ke punggung Luhan dan melingkarkan tangannya di leher Luhan. Seakan mengerti, Luhan menahan kedua kaki Sooyeon lalu bangkit, berjalan menyusuri pantai.

“Kini kau berhasil membuatku senang,” gumam Sooyeon sambil mengeratkan lingkaran tangannya.

Luhan terkekeh. “Jadi maksudmu aku harus selalu menggendongmu?”

Sooyeon membalasnya dengan tawa.

“Aku tidak mau bercerai denganmu. Aku tidak mau berpisah darimu. Dan aku tidak mau orang lain menumpang tidur di rumah kita,” kata Sooyeon.

Luhan tersenyum. “Baiklah.”

“Dan aku ingin kau belajar mencintaiku.”

“Aku janji untuk mengabulkan semua permintaanmu.”

“Satu lagi!”

Luhan mengernyit. “Apa?”

“Kau harus belajar cara menolak permintaan dari wanita lain!”

2 tahun kemudian.

Luhan pov.

Sudah 2 tahun berlalu setelah masalah krisis pernikahanku dan kini semuanya baik-baik saja. Hubungan Sooyeon dan Yuri juga dekat walaupun sering bertengkar seperti anak kecil. Hubungan Sooyeon dengan orangtuanya juga dekat. Sehingga aku harus berhati-hati karena banyak orang yang mendukungnya jika aku bertengkar dengannya. Yang paling penting, kini jantungku hanya berdetak untuknya dan aku tidak tahu hal itu terjadi sejak kapan.

Hubunganku dengan keluarga Sooyeon juga baik. Kecuali dengan Sehun. Anak kecil itu sering sekali memonopoli Sooyeon dan Sooyeon mau-mau saja. Aku selalu kalah dari anak kecil itu. Lebih parahnya, kini Sehun kuliah di Korea. Huh!

Pekerjaanku juga baik-baik saja. Ayah Sooyeon sempat menawariku pekerjaan yang lebih tinggi namun aku menolaknya. Untung saja mertuaku mengerti.

Umma sudah sehat seutuhnya dan memutuskan tinggal bersama Seohyun di rumah yang tak jauh dari rumahku. Seohyun sudah menyelesaikan kuliahnya dan bekerja di kantor yang sama denganku. Yang ku tahu, Seohyun dekat dengan Sehun karena Sehun mengambil jurusan yang sama dengan Seohyun sehingga bocah tengik itu sering menemuinya untuk meminta tolong. Aku tidak buta. Aku bisa melihat mereka saling tertarik satu sama lain. Yang pasti jika bocah tengik itu menginginkan adikku, dia harus melawanku dulu. Aku tidak akan membiarkan adikku bersama bocah tengik itu!

Yuri tetap sering kabur ke rumah kami jika dia bertengkar dengan pacarnya dan harus berhadapan dengan Sooyeon. Mungkin karena sudah terbiasa, Sooyeon sering kali membiarkan Yuri begitu saja.

Sudah 2 benda berdering untuk menyadarkanku dari mimpi indahku. Tadinya aku tidak ingin membuka mataku. Aku takut mimpiku tidak nyata, mimpi tentang aku mendapatkan gadis tercantik dan matanya yang selalu membuatku bermimpi dan berharap. Namun ternyata mimpiku menjadi kenyataan. Gadis itu kini tidur di dalam pelukanku. Bibirnya sedikit terbuka seakan memanggilku untuk merasakannya. Aku mengecup bibirnya sekilas lalu mengeratkan pelukannya hingga dia meringis pelan.

Terkadang aku berpikir bagaimana jika Sooyoung tidak melakukan ini. Mungkin aku dan Sooyeon tidak akan bersatu. Aku akan tetap dengan Yoona. Umma tidak akan sadar secepat itu dan menjadi sesehat sekarang bahkan mungkin meninggal. Aku dan Seohyun tidak akan bekerja di kantor yang sama. Dan banyak hal bagus yang tidak akan terjadi.

“Luhan, jam berapa sekarang?”

Lamunanku tersadar ketika mendengar suaranya. Suaranya terdengar benar-benar indah di telingaku. Tanpa sadar, aku semakin mengeratkan pelukanku.

“Luhan… sesak…” protesnya.

Aku tertawa kecil sambil melonggarkan pelukanku. Dia mencoba bangkit namun aku tahan. Berulang kali ia mencoba namun selalu gagal karena aku menahannya. Akhirnya dia berhenti berusaha dan menatapku tajam. Aku membalasnya dengan tawa dan kecupan manis sekali lagi. Pipinya merona karena tindakanku tadi.

“Lepaskan aku! Aku harus mandi. Kau juga! Memang kau tidak ker—“

Aku segera membekapnya dengan ciuman. Dengannya, bukankah hidupku sudah sempurna sekarang?

=== Almost Have You ===

Maaf untuk ending yang payah. Aku emang selalu gagal buat ending .-.

Kisah yang Luhan pov itu aku terinspirasi dari lirik lagu DBSK – Kiss The Baby Sky. Aw aw aku geregetan sendiri sama scene akhir 😆

Aneh sendiri sih sama endingnya. Tumben aku kasih ff perpisahan yang berakhir happy end. Biasanya aku buat ff perpisahan selalu berakhir sad end loh. Kyusica, Krissica dan lainnya… ‘-‘ sebenarnya ini sekaligus tanda terima kasihku kepada Luhan yang sudah membuatku tidak membenci EXO setelah melihat bibirnya. Itu sebabnya aku memberikannya happy ending. Hohoho~ LOL

Oh iya, ada yang mau tebak hari ini ultah siapa? XD

27 responses to “[3Shots] Almost Have You – The Finale

  1. Akhirnya happy ending, tp kurang puas. Moment romance msh kurang. Dibuat sequelnya ya, spt honeymoon gtu *otakyadongkeluar eheheh. Good job utk ff n dtunggu ya karya2 baru. Keep writing ya

  2. haha.. ada2 j ni author ms krn lhat bbir luhan jd gk bnci ma exo, lucu x ea….
    byd’wy ending’a sweet , syukur alhmdullilah…
    jd slma ni luhan bkn selingkuh atau mnyukai yoona ,tryta dia itu cm trlalu pnurut sm kt2 prempuan,msih ada j ea org kyak gtu#%&& adanibukktinya*&/
    lw tau dr dlu kyak gtu, q gj akn mgumpat u luhan, corydory deh luhannie…

    ok ditggu dehc thor kry2 best u yg lain’a??
    see you…

    • tapi itu kenyataan :3
      iya aku juga bingung kenapa aku bisa buat ending yg sesweet itu =w=”
      jadi semuanya adalah kesalahpahaman~ yeah \(-o-)/
      oke oke 😀

  3. ini ff bagus bnget setelah calling out menurutku
    terharu akhirnya happy ending
    luhan sifatnya unyuu bangt gak bisa nolak hahaha
    ini bnran ff luusica terakhirmu thor?

  4. Wah degdegan bacanya >_<akhirnya happy end juga. FFnya keren bgt ❤ ternyata salahpaham doang. Jessica ngira luhan kepaksa nikah sama diaa. luhannya juga ngira jessica gak cinta-_- prokprok hebat hebat. dan happy birthday utk kedua author yg lagi ultah <:-P

    • kalo ga happy end, nanti aku didemo lagi 😐 cukup buruh aja yang demo hari ini. readerku ga usah ikutan demo *apa ini?*-.-
      ternyata kesalahpahaman bisa berujung fatal ya :” huhu
      ya makasih untuk ucapannya 🙂

  5. oke, nebak dulu kali ya? yang lagi ultah hari ini 1 Mei 2013 adalah……………..
    “chingu ama dina eonni ya?” Seungil chukkahamida…….. *bener ngga sih tulisannya kaya gitu* moga panjang umur dan berkarya terus didunia per-ff an. hahahha

    kocak yang bagian jess minta digendong, pasti ngomongnya sambil manyun tuh bibirnya….
    masih aga bingung ama percakapan yuri-luhan. jadi yuri kira luhan mau menceriakan jess, terus si yuri ngebantu luhan supaya cepet cerai gitu?
    sehun, sehun, si anak tengil, ternyata suka ama seohyun ya? ckckck
    hard to say i love you cepat publish ya?

  6. Waah!!! Daebak 😀
    Endingnya juga kece….
    Jangan jadi FF LuSica terakhir dong,please…*masang puppy eyes*
    Oh iya, Cepet lanjut Trust and Lie dong thor…

  7. Wah, udah ending aja, ngahah.
    Luhan, luhan, selalu aneh aneh aja.. Gabisa bilang gak ke yeoja. Padahal kan gampang/? Ngahah. Kayanya luhan benci sama sehun, padahal kopel hunhan terpopuler kedua setelah baekyeol. Yah, walaupun udah melalui 4 bulan yang bikin nyesek, sica akhirnya bisa sama luhan~ /tumpengan/ ahaha xB
    aku gatau sapa yang ultah, tapi aku ucapin selamat ulang tahun, wish them all the best 🙂
    oya, nasib pinnochio mannequin gimana eon?

  8. HAPPY END ^^

    Lu, sweet banget sih? XD

    Buat Kyusica dong thor, dan jangan berhenti buat FF Lusica *udh ngomong beberapa kali

  9. eon daebak ////b sequel nya di tunggu, sampe luhan sama sica pnya ank yaaaa<3 anak nya yeoja biar imut imut gitu kyk aku *ditendang luhan* xD

  10. keren sumpah author terfaaaaaaaaav! happy birthday juga buat kedua author yang ultaaah. wish you guys all the best!xxxxx

  11. euhmm yg gravatarnya sooyoung itu author idwinaya bukan? Kalo yang satunya aku gatau… Habis yang pake gambarnya jessica banyak banget… Yah pokoknya, buat kedua author itu, happy b’day!! Wish their dreams come true ^^
    Back to the story…
    Ini chapter akhir tapi soo munculnya cuma dikit yaa…
    Sebenernya aku juga pingin liat interaksinya nyonya xi sama sooyeon, tuan jung sama sooyeon juga sih, tapi ya gapapa deh…
    Aku juga suka sama karakter sehun lo, karakter kaya gini itu bikin gemes dan gak bosen…
    Buat yuri, yah… Aku tau dia pingin bantu, tapi jailnya itu loo…
    Seo, aku gak bisa komentar banyak… Dia cocok sih dapet karakter kaya begitu…
    Lasty, buat lusica… Mereka itu pasangan aneh, kocak, tapi so sweet!!
    Segini aja deh… Sampai ketemu di karyamu selanjutnya!! >.<

    • oiya baru inget satu lagi… Scene favoritku itu waktu lusica di pantai dan sica nyuruh luhan nggendong… Itu so sweet banget hihihi >.<

  12. Ya ampun seru banget thhoooorr..
    Telat bacanya lagi.
    Akhirnya happy ending. hahaa

    Sumpah pas baca awal2,, aku masi gregetan sama Luhan, apalagi yg Luhan nanya Jessica lg marah atau gak sama dia.. Ggrrr

    Oia Calling out nya, aku tetap menunggu lho. hehee
    Hwaitting ^^

  13. Ckckck,,, banyak sekali kesalah pahaman yg terjadi ~.~
    Meskipun kata-kata Luhan sulit dimengerti ._.

    Tapi….
    Jujur aku puaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaasssssssss bangetヽ(*≧ω≦)ノ
    Semua scane menjadi terfavorite :3
    Apalagi mulai Luhan POV Suka banget double banget deh ^^
    Ngebayangin Luhan jeles(?) ttg sistem monopoli Sehun terhadap Jessy XD
    Pertengkaran Jessica & Yuri yg kaya anak kecil, dsb._.v
    Intinya….. Puas!!! Puas!!! Puas!!! XD

    Good Job deh~ d=(´▽`)=b
    Sini ku kasih hadiah buat macousin tercinta~ mumumu ٩(๛ ˘ ³˘)۶♥

  14. Aku coment disini untuk semua part ya un? ._. Awalnya aku sebel sama luhan, sebel pake banget banget banget, mungkin kalo aku baca aku sangat meresapi kali ya /? ._. Tapi keren! Ending nya bikin aku senyum-senyum sendiri, tapi bukan orang gila juga 😐 btw kalo gasalah ini ff lusica terakhir karya mu unnir? aku sebenernya kecewa ;; /? aku suka exoshidaefanfic karena ff mu yang pertama kali aku baca itu cast nya lusica, ntah kenapa aku jadi stuck disitu dan khusus membaca yang cast yeoja nya jessica ._.v Eh ini kenapa malah jadi curhat ya -__-” hehe:D Sukses terus unnir!!:3

  15. Daannn aku selese bacanya.. hmm awalnya aku pikir ini cerita bakalan sama kyk cerita seorang hamba Allah, eh taunya ga juga, part 1 aja yang agak mirip..
    heyyyy gue lagi puasa aaaa masak kebayang adegan pov luhan yg terakhir T_T

  16. Hooaa.. Happy ending!! (^o^)
    FFnya bener-bener keren, ternyata semua masalah mereka itu simple! KESALAH PAHAMAN.
    Bukan karna tidak mencintai satu sama lain.
    Untung aja niat Yuri baik walopun salah.
    Itu lebih baik daripada merebut Luhan.
    Akhirnya sweet.. ><
    Makin suka sama LuSica.
    Ditunggu karya barunya yaaa~

  17. so sweet.. Luhan benci bgt sama sehun yaa hahaha.. Ternyata semua hanya kesalahpahaman doank,, sulit ditebak…

    Ditunggu lanjutan thorn love.y 😀

  18. huaaa… akhirnya luhan dan jessi bersatu… yesss….
    jadi tau deh akhir ceritanya….

    d tunggu ff pairing jessica nya yaaaaaaa

Leave a comment