Begin With A Mistake – Chapter 2

Begin with A Mistake

Author: Yura Lin

Title: Begin with A Mistake

Genre: Angst, Romance

Rating: PG-15

Main Cast: EXO Kai – SNSD Jessica

Poster by Nana. Nana makasih ya buat posternya >.<

Note: WARNING! Pokoknya warning aja 😛



=== Begin With A Mistake ===

Jessica pov.

Aku tidak marah karena malam itu? Ayolah, dia mencium pipiku saja, aku sudah menggerutu seperti seseorang merampok barang kesayanganku. Apalagi dia melakukan itu kepadaku? Kejadian malam itu tentu membuatku ingin memarahinya. Tapi melihat wajahnya selalu suram jika pikirannya sedang melayang jauh membuatku tidak tega melakukan itu. Aku mengambil jalan lain dengan menjauhinya.

Ku pikir itu mudah. Lagipula aku sudah pernah mencobanya, bukan? Aku berhasil melakukannya hingga Soojung mengomel panjang-lebar kepadaku mengenai Jongin yang selalu mencariku.

“Kai mencarimu lagi. Kau masih tidak mau menemuinya, Eonni?” tanya Soojung sambil melipat tangannya dan bersandar di kusen pintu kamarku.

Aku sedang mempelajari ulang isi skripsiku di Sabtu pagi yang cerah saat Soojung membuka pintuku kasar dan memberitahuku tentang remaja berandal itu kembali muncul di depan rumah. Jongin sangat keras kepala rupanya. Tidak peduli ia selalu disambut oleh kesinisan ayahku, ia tetap menungguku di depan rumah.

Ku pikir mudah, tapi ternyata kali ini berbeda.

Eonni, kau masih tidak mau menemui Kai?” tanya Soojung lagi, suaranya terdengar kesal.

Aku masih mengabaikan kata-katanya. Mataku menyelusuri setiap kata di kertas itu.

“Sialan,” umpat Soojung seraya meninggalkan kamarku. Tak lupa ia membanting pintu kamarku.

Setelah remaja labil itu pergi dari kamarku, aku merangkak dan membuka jendela kamar. Di depan pagar, terlihat ayahku sedang menceramahi Jongin. Anak kecil itu hanya tersenyum sopan tanpa membalas kata-katanya. Aku seakan tersedak ketika bocah itu mendongak dan membuat mata kami bertemu. Aku segera menutup tirai jendela.

***

Pagi hari di hari Senin adalah waktu yang paling dibenci oleh keluargaku. Kami berkumpul di ruang makan dengan wajah lemas, tak ada semangat sedikit pun. Walaupun malas, waktu sarapan itu tetap dibarengi dengan perbincangan ringan.

Appa senang kau memutuskan untuk tidak bertemu dengan Kai lagi. Berbeda sekali dengan adikmu,” ucap ayahku tiba-tiba.

Aku terbatuk kecil mendengarnya, tidak berani menanggapinya. Aku mulai merasa gerah akibat tatapan tajam Soojung tertuju padaku. Ada rasanya ingin protes atau apalah. Akan tetapi, aku memutuskan diam saja. Terserah, aku tidak peduli jika aku dibenci olehnya.

“Kapan kau sidang?” tanya ibuku. Sepertinya dia mengerti situasi yang terjadi di antaraku dan Soojung sehingga beliau mengganti topik pembicaraan.

Aku membulatkan bibirku. “Oh, minggu depan. Tapi aku masih ada urusan di kampus.”

“Bagaimana jika kau ikut dengan Appa saja? Kebetulan Appa punya urusan di dekat kampusmu. Yah jadi sekalian mengantarkanmu,” tawar ayah.

Aku terdiam sambil melirik Soojung. Jika aku menerimanya, artinya aku akan satu mobil dengan Soojung. Tidak, terima kasih.

***

Aku melangkah cepat meninggalkan gedung fakultas setelah aku berhasil bertemu dengan dosen. Aku ingin cepat-cepat sampai rumah dan membayar hutang tidurku selama 2 bulan ini. Memikirkan empuknya kasur dan hangatnya selimut saja sudah sukses membuatku ingin terlelap saat itu juga.

“Jessica!”

Aku mengumpat dalam hati saat ada yang memanggil namaku. Apa orang itu tidak tahu bahwa mata milik Jessica Jung sedang demo menagih haknya?

“Oh Luhan~” sapaku sok senang ketika melihat sosoknya sedang berlari kecil menghampiriku.

Luhan dan aku tidak berada di fakultas yang sama. Letak fakultas kami pun cukup jauh. Memang aneh aku dan dia saling kenal bahkan cukup dekat. Aku pun tidak ingat bagaimana kami bisa dekat.

“Kau sudah mau pulang?” tanya Luhan ketika dia sudah berada di hadapanku.

Luhan tersenyum lebar. Melihatnya tersenyum membuatku teringat kata-kata Nicole—juniorku di klub sebelum akhirnya aku keluar dari klub agar bisa fokus dengan skripsi—saat aku menceritakan tentang Luhan. Dia bilang aku menyukai pria ini hanya karena aku mengaku menyukai senyumannya, matanya, gaya rambutnya bahkan bentuk badannya. Kenyataannya, aku tidak pernah merasakan gejala-gejala yang dipaparkan oleh para pujangga cinta di novel-novel romantis.

Aku memang menyukai senyumannya. Jika dia tersenyum, akan terlihat kerutan di wajahnya. Namun itu yang membuat baby facenya menarik. Bibirnya juga terlihat kissable saat tersenyum. Tapi bibirnya tidak cukup hebat untuk membuatku berdebar.

Aku suka matanya. Aku suka saat mata itu berbinar. Itu membuatnya seperti anak kecil. Tapi mata berbinarnya tidak mampu mengunci pandanganku untuk hanya memandangnya.

Gaya rambutnya unik karena dia sering berganti warna rambut. Apalagi saat rambutnya berwarna putih karena putih adalah warna kesukaanku. Namun itu tidak berhasil membuatku ingin menyelusupkan jari-jariku ke helaian rambutnya.

Luhan mempunyai tubuh yang terbentuk. Ototnya memang tidak sebesar para olahragawan tapi menurutku itu cukup untuk tubuh kecil sepertinya. Namun kenyataan itu tidak sanggup membuatku ingin dipeluk olehnya.

Baiklah, kenapa aku malah memikirkan hal ini?

Aku mengangguk. “Ya begitulah. Aku ingin cepat-cepat sampai di rumah. Ada apa? Kau punya urusan denganku?”

“Sebenarnya aku ingin mengajakmu makan siang. Tapi kalau kau ingin pulang, ya tidak apa.”

Aku berpikir sejenak. Ada rasa ingin menerima ajakannya karena aku memang belum sempat makan siang. Aku menunggu berjam-jam di depan kelas tempat dosenku mengajar pagi ini dan tak berani meninggalkan tempat aku berdiri sedetik pun. Aku tidak mau sang dosen menghilang lagi. Cukup sulit menemuinya. Aku jadi merasa haus dan lapar sekarang. Tapi aku juga masih tergiur dengan kamarku.

“Hm, sepertinya tidak hari ini deh. Tidak apa, ‘kan?”

“Tidak apa-apa kok. Mungkin lain kali saja.” Luhan tersenyum. “Aku pergi dulu kalau begitu.”

Aku tersenyum menyesal sambil melambaikan tangan kepadanya. Setelah dia sudah cukup jauh dariku, aku membenarkan posisi tas selempangku dan kembali melangkah.

Tin!

Aku terlompat kaget dari tempatku. Jika aku punya penyakit jantung, aku pasti sudah mati di tempat. Sialan sekali orang yang sudah mengklaksonku dari belakang. Aku berbalik badan. Berbagai kata makian sudah bersiap aku lontarkan jika ternyata orang itu bukan Jongin.

Noona,” sapanya lalu melepaskan helmetnya dan diletakkan di kaca spion. Matanya berbinar-binar seakan berhasil menemukan barang berharganya yang selama ini hilang.

Aku spontan memejamkan mataku. Perlahan, potongan kejadian malam itu membanjiri pikiranku. Tidak butuh waktu lama agar pembuluh darah di pipiku melebar, memberikan warna merah untuk menghiasi pipiku.

Jongin turun dari motornya. Dia berdiri di depanku beberapa detik sebelum akhirnya menarikku ke dalam pelukannya. Hormon adrenalin mulai bekerja, membuat jantungku berdetak tak karuan.

“Hah, akhirnya bisa bertemu langsung denganmu,” bisiknya.

Aku ingat ini sering ada di drama-drama malam minggu. Dimana sepasang kekasih yang sudah lama dipisahkan akhirnya bisa bertemu lagi di waktu yang tidak disangka-sangka. Perbedaannya adalah aku dan Jongin bukanlah pasangan! Aku saja tidak mencintainya.

Aku mendorong tubuhnya menjauh dengan kasar hingga dia hampir terjatuh ke belakang.

“Kenapa kau ada di sini? Kau bolos, ya?” selidikku.

Jongin terkekeh. “Tidak. Kami memang dipulangkan lebih cepat karena persiapan tryout kelas 3 sebelum mereka menghadapi ujian akhir.”

Aku mengangguk sambil memikirkan cara untuk kabur. Sialnya, kepanikan membuatku tidak bisa mendapatkan ide sama sekali. Frustasi, aku memutuskan untuk lari meninggalkannya. Tapi rupanya Jongin tahu rencanaku sehingga tangan ditahan olehnya sebelum aku sempat bertindak.

“Kau menjauhiku akhir-akhir ini. Padahal setahuku hanya Krystal yang disuruh untuk menjauhiku, bukan Sooyeon noona. Kenapa kau ikut menjauhiku?”

Aku kembali memejamkan mata sambil menggigit lidahku, mencoba memikirkan jawaban yang tepat. Tidak mungkin aku bilang bahwa alasannya adalah karena kejadian di malam itu yang aku saja tidak ingat apa saja yang terjadi.

“Oh, kau pasti kepikiran malam itu, ya?” tebak Jongin dengan seringaian khasnya.

Aku menatapnya tak percaya.

“Ternyata kau memang memikirkannya.” Jongin mengangguk mengerti. “Kau ingat apa saja yang terjadi? Kau pasti sangat menikmati—“

Aku segera membungkam mulutnya dengan tanganku yang tak ditahan oleh Jongin. Beberapa orang yang berjalan melewati kami memberikan tatapan penasaran. Dasar, seperti tidak punya kerjaan saja hingga ingin tahu urusan orang lain.

“Jongin!”

Aku mengeluarkan lengkinganku ketika merasa sesuatu yang kenyal dan basah menyentuh telapak tanganku yang digunakan untuk membungkam mulutnya. Aku segera menarik tanganku dan menyeka bekas jilatannya ke hoodie yang ia gunakan. Dasar jorok!

Jongin membalas pelototanku dengan tawa. “Tanganmu manis, Noona.”

Shut up!”

Author pov.

Jessica kehabisan ide untuk menghindari Kai sehingga dia menyerah dan menurut. Toh bukankah ini yang diinginkan oleh Krystal? Ia ingin Jessica kembali dekat dengan Kai, ‘kan? Jika dipikir-pikir, Jessica merasa hal itu adalah hal yang aneh. Bukankah Krystal menyukai Kai? Kenapa Krystal malah memintanya agar tetap ada untuk Kai? Bukankah harusnya Krystal memintanya menjauhi Kai?

Jessica menggeleng pelan. Dia tidak akan mengerti pemikiran adiknya itu. Dan dia tidak mengerti tentang cinta.

“Kau mau rasa apa, Noona?” tanya Kai, membuyarkan pikiran Jessica.

“Hah?” Jessica menggaruk kepalanya. “Ya manapun boleh kok.”

Okay, rasa kiwi?”

Jessica mengerjap lalu menyilangkan kedua tangannya di depan dada. “No!”

“Kau bilang terserahku?”

Jessica mengerucutkan bibirnya. “Stroberi dan vanila.”

Kai tersenyum dan memesan 2 cup es krim dengan rasa stroberi dan vanila. Melihat Jessica kembali melamun, Kai mendekatkan cup es krimnya ke wajah Jessica hingga mengenai ujung hidung Jessica. Jessica mendelik kesal sambil mengelap hidungnya.

“Menyebalkan!” gerutu Jessica sambil merampas cup yang diberikan oleh Kai.

Kai menyeringai. “Makanya jangan melamun!”

Kai dan Jessica memutuskan untuk menghabiskan es krim di kursi taman terdekat. Mereka hanya diam dan tak bertukar kata seperti biasa. Kai tidak menceritakan hidupnya selama tidak bertemu dengan Jessica seperti biasanya. Hening. Mereka asik menikmati es krim masing-masing.

“Aku ingat semua yang terjadi malam itu. Dan aku tidak menyesalinya. Aku bahagia,” gumam Kai.

Jessica menoleh kaget mendengar. “A-apa?”

“Aku tahu kau menyesalinya, ‘kan?” balas Kai sambil menyeka setitik es krim di ujung bibir Jessica. “Tapi aku tidak. Aku bahagia melakukannya denganmu.”

“Kau sudah merencanakannya, ‘kan?”

“Kau pikir aku merencanakannya?”

“Karena kau biasa saja pagi itu!”

Kai tertawa kecil. “Sudah ku bilang, itu karena aku bahagia. Aku puas.”

Wajah Jessica memerah mendengarnya, membuat Kai gemas melihatnya. Wanita itu sangat manis saat pipinya merona. Kai menarik dagu Jessica dan mencium pipi wanita itu cukup lama. Itu terjadi terlalu cepat hingga Jessica tidak bisa merespon apapun.

“Ayo pulang! Kau pasti lelah, ‘kan, Noona?” ajak Kai, meraih tangan Jessica agar bangkit bersamanya.

Jessica menoleh bingung. “Pulang?”

Cukup aneh karena mereka baru pergi tidak sampai 1 jam, matahari masih bersinar cerah dan Kai sudah mengajaknya pulang. Biasanya jika Jessica sudah bersedia untuk pergi bersamanya, Kai akan membawanya pulang saat malam hari.

“Ya, pulang. Kau perlu tidur.”

***

Ketika dia keluar dari ruang tempat ia sidang, Jessica menangis. Setelah perjuangannya selama beberapa tahun ini, akhirnya usahanya berbuah manis. Dia berhasil. Dia akan terbebas dari kampus ini sebentar lagi.

“Bagaimana?” tanya Nicole.

Jessica menggertakkan giginya, gemas dengan temannya yang tidak mengerti arti air matanya itu. Dia memeluk wanita di hadapannya erat.

“Aku berhasil!” seru Jessica.

Jeongmal?”

Ne~”

“Yey!”

Mereka berdua bersorak senang. Mereka berhenti dan mulai melepaskan pelukan saat merasa ada seseorang dekat mereka. Nicole tersenyum menggoda ketika melihat orang itu adalah Luhan. Jessica hanya memutar matanya.

“Selamat, Jess,” kata Luhan.

Jessica tersenyum. “Terima kasih.”

Nicole terbatuk pelan. “Seperti aku harus pergi. Aku masih ada kelas. Lagian aku tidak mau jadi pengganggu kalian.”

Sebelum Jessica sempat berkata sesuatu, sang junior sudah berlari meninggalkannya berdua dengan Luhan.

Jessica menggaruk pelipisnya. “Haha, Nicole. Dia bicara yang aneh-aneh. Jangan dipikir—“

“Kebetulan ada yang ingin aku bicarakan denganmu,” tukas Luhan.

“A-apa?”

“Jangan di sini. Tidak enak jadi pusat perhatian.”

Saat Luhan menarik tanganku, Jessica melirik ke sekitar. Dia baru sadar bahwa kami menjadi pusat perhatian sekarang. Hah, orang jaman sekarang selalu ingin tahu urusan yang jelas-jelas tidak ada hubungannya dengannya.

Luhan membawanya ke tempat yang sedikit sepi. Terlalu sepi karena terkadang ada beberapa orang yang berlalu lalang melewati jalan itu walaupun tidak banyak. Dari raut wajahnya, Jessica tahu Luhan akan mengatakan hal yang penting.

“Dengarkan baik-baik karena aku hanya akan mengatakannya sekali,” tekan Luhan sebelumnya.

Jessica menatapnya bingung sekaligus penasaran.

“Kita sama-sama selesai tahun ini, mungkin kita akan berpisah dan tidak saling bertemu lagi. Kalaupun bertemu, aku yakin pasti harus ada alasan penting dibalik pertemuan itu.” Luhan memulai perkataannya.

Wanita itu diam, menunggu lanjutannya.

“Karena itu, aku ingin hubungan kita lebih dari sekedar teman.”

Jung Sooyeon tidak bisa berkata apapun.

Luhan menatapnya mantap. “Aku mencintaimu, Jessica Jung. Apa kau mau menjadi pacarku?”

Jessica mengerjap. Dia bingung harus menjawab apa. Memang ini bukan pertama kalinya ia ditembak karena saat sekolah dulu, dia pernah mengalaminya beberapa kali. Akan tetapi, ia tidak pernah mengalaminya lagi saat kuliah karena dia hanya dekat dengan sesama wanita. Mungkin Luhan adalah pria satu-satunya yang dekat dengannya selain ayah dan Kai. Lagipula Kai terlalu muda untuknya.

“Kau yakin?” tanya Jessica memastikan yang langsung dijawab dengan anggukan mantap oleh Luhan.

Jessica menghela napas panjang. Dia tidak pernah berkenalan dengan yang namanya cinta dari ia kecil. Menyedihkan memang, tapi itulah kenyataannya. Dia tidak mau menerima Luhan seenaknya jika ia tidak punya perasaan apa-apa terhadap Luhan. Tapi Nicole pernah menegaskan dirinya menyukai Luhan, terlepas dari kenyataan bahwa ia tidak pernah mengalami gejala cinta pada umumnya. Nicole menekankan bahwa gejala cinta setiap orang itu berbeda-beda.

Mungkin Jessica bisa percaya dengan Nicole sekarang.

Mungkin.

Mungkin?

Tak ada waktu untuk menyesal ketika ia menganggukkan kepala.

Luhan membulatkan matanya. “Benarkah?”

Jessica tersenyum melihat mata yang ia sukai itu muncul. Dia mengangguk sekali lagi.

***

Kini dia menyesal. Dia tidak yakin dengan hubungannya. Jessica merasa takut akan hubungannya dengan Luhan. Dia kembali bertanya-tanya alasan ia menerima Luhan. Apa hanya karena ia mempercayai kata-kata Nicole? Apapun itu, Jessica tidak mengerti.

Kemarin, saat ia ingin pulang, dia mencari alasan agar tidak perlu pulang bersama Luhan. Ia merasa malu. Pesan dari Luhan tak ia balas dan telepon pun ia abaikan. Dia tidak mau berkomunikasi dengan cara apapun dengan Luhan. Dia tidak terbiasa terikat dalam hubungan serius dengan seseorang.

Hari ini pun sama saja. Ia masih belum berani mengangkat telepon maupun membalas pesan dari Luhan. Dia merasa belum saatnya ia kembali berkomunikasi dengan Luhan. Dia masih butuh waktu sendiri untuk merenungkannya.

Jessica hampir saja mereject telepon masuk jika ia tidak melihat nama Kai lah yang tertera di sana. Walaupun malas, dia tetap mengangkatnya.

Noona, aku bosan. Temani aku~” rengek Kai.

“Aku sedang tidak mood. Kau main dengan teman-temanmu saja,” tolak Jessica.

“Heh, ada apa dengan suaramu? Lemas sekali. Sepertinya kau juga butuh hiburan. Aku tunggu di halte, ya~”

Sebelum Jessica bisa menolaknya lagi, Kai sudah memutuskan telepon.

“Heh, Jongin! Sialan kau!”

***

Semua sudah Kai lakukan agar Jessica bisa terfokus kepadanya. Tapi sepertinya Jessica lebih senang dengan pikirannya sendiri. Jessica memang tidak pernah memperdulikan setiap kata yang terlontar dari bibirnya, tapi Jessica tidak pernah melamun jika tidak ada masalah.

“Kau sedang ada masalah besar, ya?” celetuk Kai.

Jessica menatap Kai sejenak lalu membuang muka. “Tidak.”

“Kau tidak bohong?”

“Aku jujur.”

“Baiklah, aku percaya.”

Jessica melirik Kai lalu menghela napas panjang. “Menurutmu, apa yang harus kita lakukan agar bisa melupakan semua masalah dalam semalam?”

Kai menangkat alisnya bingung. “Kau ingin tahu?”

Jessica mengangguk.

“Kau sungguh-sungguh ingin tahu?”

Jessica kembali mengangguk.

Kai menyeringai seraya mendekatkan bibirnya ke telinga Jessica untuk membisikkan 3 huruf, “Sex.”

Kepalan tangan Jessica pun menghantam wajah Kai.

***

Ya, Jessica memang meninju Kai karena 1 kata itu. Tapi anehnya, kini mereka berada di kamar Kai dan melakukan hal itu. Jessica pun tidak ingat apa yang terjadi. Kai membawanya ke apartemennya. Mereka menonton film sambil berbincang lalu berakhir di atas kasur Kai. Aneh, bukan?

Jessica tidak tahu dan tidak mau tahu. Dia hanya butuh sesuatu yang membuatnya lupa akan Luhan sekarang. Dia benar-benar bingung harus bagaimana saat ia sadar bahwa dirinya memang tidak menyukai Luhan. Nicole hanya salah paham. Dan bodohnya, ia mempercayai kata-kata Nicole. Tentu saja dia frustasi karena ini adalah pertama kalinya ia pacaran. Dia tidak tahu harus berbuat apa. Dia tidak mau menyakiti hati Luhan karena Luhan adalah satu-satunya teman laki-lakinya.

Kini dia frustasi dan satu-satu cara untuk menghilangkan frustasinya hanya dengan bercinta. Ya tentu saja dengan cara aman. Jessica pun bingung bagaimana Kai bisa mempunyai kondom di kamarnya.

Tangan kiri Kai yang semula berada di pinggang Jessica pun beralih untuk menggenggam tangan kanan Jessica yang terkepal, setelah aktivitas mereka selesai. Sementara tangan kanannya mengelap keringat yang mengalir di wajah Jessica lalu mengusap bibir wanita itu. Bibir itu terlihat bengkak akibat dihisap dan digigit berkali-kali oleh Kai tadi. Walaupun begitu, bibir itu malah semakin menggoda. Namun Kai berusaha keras untuk menahan hasratnya mencoba bibir itu kembali.

“Jadi apa masalahmu?” tanya Kai.

Mata Jessica yang semula tertutup, kini terbuka lebar. “Hah? Masalah apa?”

“Kau pasti punya masalah yang besar, ‘kan? Aku jarang melihatmu sefrustasi ini.”

Jessica mendorong Kai agar tidak menindihnya lagi lalu memunggungi Kai. Dia tidak mau bicara banyak tentang masalah pribadinya kepada remaja itu. Dia bisa merasakan tangan Kai melingkar di pinggangnya dan menariknya hingga punggungnya menyentuh dada Kai yang tak ditutup apapun.

“Aku tidak akan memaksamu,” bisik Kai.

Jessica menghela napas panjang. Dia meraih handphone yang diletakkan di meja night stand lalu mengetik pesan.

To: Luhan

Maaf, Luhan. Sepertinya aku salah. Aku tidak menyukaimu. Akan lebih baik jika kita putus daripada melanjutkan hubungan ini tanpa cinta.

Jantung Jessica berdebar kencang menunggu jawaban dari Luhan.

From: Luhan

Lucu sekali. 2 hari aku menunggumu membalas pesanku. Dan sekalinya kau membalas, kau malah meminta putus dariku.

Jessica memejamkan matanya. Dia menyesal. Tapi dia tidak mau memaksakan perasaannya.

Maaf, Luhan…

=== Begin With A Mistake ===

Yah chapter 2 ini masih agak maksa. Maaf maaf ‘-‘

33 responses to “Begin With A Mistake – Chapter 2

  1. jleb pasti sakit hati banget duh bang luhan, baru pacaran 2 hari udah mau putus. nasib-nasib…..
    jeshikaaaaaaaa, lu sebenernya rada-rada bego, lemot ato apa sih jesshhhh? diajak gituan ama jongin si wajah pijat plus plus mau aja…… 😆 mana kayanya lu berdua pada ketagihan lagi :mrgreen:

    bingung juga ama krys, dia kan suka ama jongin. kenapa minta jess suruh ketemu jongin mulu? pasti belibet nih urusannya

    • Baru pacaran 2 hari. Belum ngapa-ngapain. Udah diputusin 😐 serasa playgirl ya si jessica
      Si wajah pijat plus plus…. Heng…………….. 😆
      Entahlah. Sepertinya mereka emang ketagihan deh. Ckck
      Itulah yang bikin jessica bingung. Krystal malah pengen jessica sama kai. Kab stres -_-

  2. iya luhannya kasihan.
    emang kok mukanya jongin kan rada-rada tukang pijat plus plus. 😆
    kok pas ngebayangin adegan jongin-jeshika rada burem gitu ya, mana pas kebayang mukanya jongin, langsung remang-remang lagi :mrgreen:

  3. authooooor! parah, suka banget ceritanya! sumpah alurnya author ga pernah ngebosenin. ih keren keren. author fanfic terfavorit akuu^^

  4. BWAM dipublish ni….
    bgus bget thor, ni alur dwasa ni, bkn nc bneran sich tp q lbih suka crita mcam ni dr pd nc bneran krn lw nc bneran rda tkut ngebc’a..
    disni kai itu emg brutal ni,tp kyak’a byak ke sica dehc brutal’a, tu lg sica gk tau knp hati & pkirn’a gk bs nyatu,ksian nget tu luhannie….
    sdih wktu scene sica meseg luhan,& wktu luhan ngeblas pesan sica bner2 q ngersain apa yg dirsain luhan,oh oppa come here’:;,,,,
    tp feel’a ttep nyambung koq thor…
    see you next time in BWAM…

    • Aku belum siap buat scene nc. Lagian aku juga belum cukup umur 😐
      Huahahaha brutal. LOL
      Iya kasian luhan. Jessica jahat :<
      Aku kok ngerasa ga nyambung ya? =_=a

  5. kai yadong. KAI YADONG! SICA JUGA. SICA JAHAT *dilempar Kai* *dibanting Jessica*
    aku tak percaya kalau Kai… astaga, Fourteen, ada apa denganmu? *nangis* Jessica disini kok kayak lola gitu ya eonnie? jadi rada ngakak juga ngeliatnya ._. terus disini Luhan juga sangat perlu dikasihani. 2 hari nunggu balesan sms, balesannya malah minta putus. Daebaaakk’-‘)b *tepuk tangan* rada nyesek lah…
    berarti tinggal 1 part lagi ya eonnie? katanya cuma 3 part ‘kan? 😀 ditunggu kelanjutannyaa~ *teleportasi* *menghilang*

  6. omo omo…. udah mulai nyerobot ke hal gituan nih!pantesan kudu hati-hati 😀
    Jess segimana pun mengesalkannya kai tapi tetep aja ya yang keinget cuma dia, luhan pun lewat :p
    permainan mereka bahaya tuh!
    next chapter asap ya chingu…. langsung call me 😀

  7. waks jessi jahat amat… Harusnya dia percaya dirinya sendiri, bukan sulli… Kan kasian luhan kalo begini…
    Kai… Bikin speechless… Masa kecil-kecil udah mesum begitu…
    Aku juga ngerasa krystal aneh… Jangan-jangan dia udah ngeralain kai soalnya dia tau kai suka sama kakaknya? Ah tapi kayaknya mustahil deh… Mengingat sifatnya krystal di sini yang labil dan keras kepala…

  8. Jessica n Kai! Sungguh pasangan yg W.O.W! o.O
    ini kenapa cerita kamu jd agak ‘wild’ bgt ya?? kekeke.. knp NCnya gak da far? #nah Lho? -_-a

    Jessica aneh wlo dia g suka luhan di terima2 aja :/
    terus far si Kai suka g sih sama Jessica atau dia sama kyk Jessica cmn manfaatin jessica sbg mainan aja?? :S

    di tunggu bgt far lanjutannya 😀

  9. Maaf baru coment disini >//< baru on pc ._.

    Aku agak nyesek ada luhan 😐 ntah kenapa.. tapi aku ga protes kok ._.
    Lanjut ya eon! Seru ceritanya… Kai nya semacam nakal banget ya.. cocok sama mukanya *ehXD
    Fighting Yura eonni!!

  10. Emang kayaknya Jessica lebih cocok sama Kai, aduh itu nyantai banget mereka ‘begitu’ ><

    Tapi yang bikin nyesek ini Luhan karna aku juga pernah punya pengalaman yang sama kayak Jessica Luhan -without kai and three letters itu. Malah lebih cepat daripada Jessica.-.

    Okay, I'm wait for the next chap 🙂

  11. ow ow ow ow
    kasihanya luhanku…
    karna baca dr p0stingan teratas jd aku blm sepenuhnya paham,…ni cerita bagaimana..
    tp tetep bagus

  12. Eonni ditunggu kelanjutannya terserah Jessica gimana akhir. Soalnya aq bingung aq kasian sm Luhan…. tapi Jessica juga????? Bingung2 Eonni Fighting (Jujur Eonni aq suka sm FF Eonni semua soalnya semuanya menurut q bagus2 Eonni adalah Author pertama yang pikin aq kagum semangat Eonni!!!!!) 🙂

  13. .thor kog ffnya gk dlnjut-lnjut sih thor??ff ini seru thor!!
    .ak pngen tahu klnjutan kisahnya
    ,sdih thor nunggu ffnya gk dlnjut_lnjut
    .please thor tlong dlnjut,ak suka ff nie.seruuuuuu!!!!

Leave a reply to jessiejunq Cancel reply